Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

IHSG Cetak Rekor 13 Kali, Dana Terkumpul Rp2.205 Triliun hingga November 2025

IHSG Cetak Rekor 13 Kali, Dana Terkumpul Rp2.205 Triliun hingga November 2025 Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar modal Indonesia menunjukkan performa impresif sepanjang 2025. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total penghimpunan dana di pasar modal hingga 5 November 2025 mencapai Rp2.205 triliun, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menorehkan rekor tertinggi sebanyak 13 kali sejak awal tahun.

Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal OJK, I Made Bagus Tirthayatra, menyebut tren positif ini menandakan optimisme dan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi nasional. 

“Pergerakan IHSG yang terus mencetak rekor baru mencerminkan optimisme dan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia,” ujarnya dalam acara pencatatan perdana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Syariah BRI Manajemen Investasi Jakarta Lingkar Barat I, di Jakarta, Senin (10/11/2025).

Tirthayatra menjelaskan, peran pasar modal sebagai sumber pembiayaan terus meningkat pesat. Selama 2022–2024, nilai penghimpunan dana rata-rata mencapai sekitar Rp200 triliun per tahun, dengan pertumbuhan investor yang signifikan.

Baca Juga: IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp15.316 Triliun

“Pada akhir 2024, jumlah investor tercatat 14,87 juta Single Investor Identification (SID) atau naik 44% dibanding akhir 2022. Hingga awal November 2025, jumlahnya bahkan mencapai 19,8 juta investor, tumbuh 30% dibanding awal tahun,” ungkapnya.

Menurutnya, peningkatan ini tidak hanya menunjukkan perluasan basis investor domestik, tetapi juga kepercayaan terhadap kinerja emiten dan stabilitas ekonomi nasional.

Dalam kesempatan yang sama, Tirthayatra menegaskan pasar modal berperan penting dalam mendukung kebutuhan pendanaan jangka panjang, terutama untuk pembangunan infrastruktur.

“Negara membutuhkan pendanaan besar untuk membangun infrastruktur dan mencapai target pertumbuhan ekonomi. Pendanaan itu tidak bisa sepenuhnya bergantung pada APBN maupun perbankan,” katanya.

Baca Juga: BEI Nilai Target IHSG 9.000 yang Ditetapkan Menkeu Purbaya Realistis

Ia menambahkan, berbagai instrumen seperti saham, obligasi, sukuk, dan efek beragun aset menjadi alternatif pembiayaan yang lebih sesuai dengan tenor proyek-proyek jangka panjang.

Dalam acara yang sama, BRI Manajemen Investasi resmi mencatatkan produk KIK-EBA Syariah BRI-MI Jakarta Lingkar Barat I senilai Rp1,8 triliun dengan tingkat imbal hasil 8,5% dan peringkat idAAA. Produk ini merupakan KIK-EBA Syariah pertama di pasar modal Indonesia dan diharapkan dapat memperluas pilihan investasi berbasis prinsip syariah.

Manajer investasi produk ini adalah PT BRI Manajemen Investasi, dengan PT Bank Maybank Indonesia Tbk sebagai bank kustodian. Tanggal jatuh tempo produk ini tercatat 31 Oktober 2032, sementara distribusi pertama dilakukan pada 31 Oktober 2025.

Lebih lanjut, Tirthayatra mengingatkan pentingnya tata kelola yang baik di sektor keuangan.

“Pasar modal sangat bergantung pada trust. Tanpa kepercayaan investor, pasar modal tidak akan tumbuh secara berkelanjutan. Karena itu, seluruh pelaku industri harus menjaga governance agar pasar modal tetap menjadi sumber pendanaan yang terpercaya,” katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: