Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transformasi Digital Instrumen Utama Percepat Ekonomi Biru RI

Transformasi Digital Instrumen Utama Percepat Ekonomi Biru RI Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Tb Haeru Rahayu, menegaskan transformasi digital merupakan instrumen utama dalam percepatan ekonomi biru Indonesia.

Hal tersebut disampaikannya sebagai honorary speaker mewakili Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan, Didit Herdiawan dalam paparannya berjudul Implementation of Indonesia’s Blue Economy: Harnessing Marine Innovation through Digital Technology di Konferensi Internasional Asia-Pacific Federation for Information Technology in Agriculture (APFITA) ke-15 yang diselenggarakan pada 17–18 November 2025 di IPB Convention Center, Bogor. 

Baca Juga: Jalan Lingkar Utara Flores Akan Buka Peluang Ekonomi Baru

Indonesia menjadi tuan rumah bagi para pakar, akademisi, pelaku industri, dan pembuat kebijakan dari kawasan Asia-Pasifik, menghadirkan ruang dialog strategis untuk membahas pemanfaatan teknologi digital dalam memajukan sektor agro-maritim global yang berkelanjutan.

Penyelenggaraan APFITA ke-15 di Bogor menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Sebagai negara agraris dan maritim yang kaya potensi, Indonesia memiliki ruang besar untuk memaksimalkan penerapan teknologi informasi demi menyokong keberlanjutan sistem industri agro-maritim nasional dan global. Konferensi ini tidak hanya menjadi forum akademik, tetapi juga menjadi ajang pertukaran gagasan, perluasan wawasan, serta pembangunan kemitraan strategis antarnegara.

“Suatu kehormatan bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyampaikan komitmen Indonesia dalam mengimplementasikan ekonomi biru dengan memaksimalkan inovasi kelautan melalui teknologi digital,” jelas Dirjen Tebe, dikutip dari siaran pers KKP, Jumat (21/11).

Dirjen Tebe menyoroti tantangan global yang kian mendesak. Dengan proyeksi populasi mencapai 9,7 miliar jiwa pada 2050, dunia diperkirakan membutuhkan tambahan 70 persen suplai protein. Indonesia, yang populasinya meningkat 22 persen, membutuhkan tambahan lebih dari 21 juta ton protein setiap tahun. 

Sistem pangan berbasis darat tidak lagi mampu memenuhi lonjakan kebutuhan tersebut, sehingga laut menjadi tumpuan masa depan.

Indonesia memiliki potensi lahan akuakultur hingga 18 juta hektare, dan pemerintah saat ini memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan seperti udang, rumput laut, nila, lobster, dan kepiting. Fokus diarahkan seperti pada inovasi pakan, broodstock centers untuk meningkatkan efisiensi dan kesejahteraan pembudidaya. 

Di pesisir utara Jawa Barat, program KKP akan merevitalisasi 20.000 hektare tambak idle untuk budidaya ikan, yang diproyeksikan menghasilkan 1,18 juta ton per tahun serta membuka lebih dari 160 ribu lapangan kerja baru.

Selain itu, di Sumba Timur NTT, KKP akan mengembangkan Kawasan Budidaya Udang Terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari pembenihan hingga pabrik pengolahan. Program ini akan menargetkan produksi 52.800 ton per tahun dengan nilai ekonomi mencapai Rp 3,4 triliun per tahun serta menciptakan 4.700 pekerjaan. 

Sementara itu, inovasi Program Modeling Budidaya Ikan Nila Salin melalui mekanisasi dan pemantauan kualitas air secara real-time, yang akan meningkatkan produktivitas dari hanya 0,6 ton menjadi 80 ton per hektare per siklus. Program transformasi teknologi ini akan meningkatkan ekspor dan memperkuat kesejahteraan pembudidaya.

“Bersama mitra internasional, kami percaya masa depan dunia terletak pada laut yang sehat dan berdaya digital,” ujar Tebe.

Sementara itu, Wakil Rektor IPB University, Prof. Deni Noviana, menggambarkan APFITA sebagai ruang dialog interdisipliner di mana ide diuji dan pengetahuan dipertajam, sekaligus menjadi wadah nyata untuk melahirkan inovasi yang menjawab tantangan sektor pangan global. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: