Kredit Foto: Unsplash/Markus Spiske
Kecerdasan buatan (AI) dinilai semakin penting dalam industri perbankan karena mampu meningkatkan produktivitas operasional, mempercepat deteksi penipuan, dan menekan risiko kesalahan analisis.
Penjelasan tersebut dipaparkan oleh Founder Kata.ai Irzan Raditya dalam SMBC Indonesia TechConnect yang digelar di Jakarta, Senin (24/11/2025), berdasarkan pemanfaatan data dan tren teknologi yang berkembang di sektor finansial.
Menurut Irzan, perbankan merupakan industri yang bergantung pada data dalam jumlah sangat besar, sehingga menjadi lahan optimal bagi penerapan teknologi cerdas.
“Kenapa AI sangat penting di dunia perbankan dan juga di dunia finansial? Pertama, AI itu hadir sebagai teknologi yang bergerak dengan data. Data itu bisa dibilang adalah bensinnya AI. Tanpa data, tidak bisa bergerak. Dan layanan perbankan, pastinya bergerak dengan berbagai macam data,” ujar Irzan dikutip Senin (24/11/2025).
Baca Juga: Dari AI hingga Hybrid Working, IWG Rilis 10 Tren Kerja di Tahun 2026
Ia menjelaskan, penerapan AI dapat meningkatkan produktivitas operasional hingga 40% pada proses back office, mulai dari pemrosesan dokumen, customer support, hingga kepatuhan regulasi. Selain efisiensi, teknologi ini juga berperan besar dalam mendeteksi fraud.
“AI sekarang bisa membantu melawan AI. Ancaman fraud itu bisa ditekan sampai 30%,” kata Irzan.
Dampak lain terlihat pada pengurangan false positive dalam pemodelan anti-money laundering (AML). Dengan AI, akurasi analisis dapat meningkat dan kesalahan deteksi berkurang hingga 15%. Pada level strategis, penerapan teknologi ini turut mendorong peningkatan return on earnings (ROE) hingga 15% apabila diimplementasikan secara terukur.
Baca Juga: MMA Indonesia: AI dan Data Bisa Jadi Kunci Pemasaran Berkelanjutan
Data dalam presentasi Irzan juga menunjukkan potensi nilai ekonomi AI pada sektor perbankan. Teknologi generatif dan AI agents diperkirakan mampu membuka nilai ekonomi tahunan global sebesar US$200–340 miliar, terutama dari peningkatan manajemen risiko dan optimalisasi interaksi pelanggan.
Dalam materi yang ditampilkan pada acara tersebut, Irzan mengutip data BCG dan McKinsey terkait dampak penerapan AI pada perbankan, yang mencakup fokus peningkatan kinerja operasional 30–45%, percepatan deteksi penipuan 20–30%, pengurangan false positive 10–15%, serta kenaikan ROE 5–15%. Menurutnya, angka tersebut menegaskan peluang besar yang bisa diambil oleh pelaku industri finansial di Indonesia.
“Ini baru contoh-contoh kecil. Ke depan, kita akan lihat lebih banyak implementasi nyata yang langsung memberi dampak,” ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement