Kredit Foto: Bimbel Lavender
Pergerakan saham PT Lavender Bina Candika Tbk (BMBL) kembali menjadi sorotan setelah PT Sentra Investama Maksima selaku pengendali melepas 2.974.500 lembar saham pada 17-19 November 2025 di rentang harga Rp46-Rp55 per saham.
Manajemen BMBL menjelaskan bahwa divestasi tersebut dilakukan untuk menambah likuiditas kepemilikan langsung sehingga porsi Sentra Investama Maksima turun dari 10,29 persen menjadi 10,01 persen.
Meskipun aksi jual dilakukan oleh pengendali, respon pasar justru berlawanan arah. Pada perdagangan Selasa (25 November 2025), harga saham BMBL melesat hingga 9,38 persen dan menyentuh Auto-Rejection Atas (ARA) di level Rp70. Lonjakan ini menimbulkan pertanyaan di kalangan investor, terlebih karena sepanjang tahun aksi divestasi serupa belum pernah diikuti oleh penguatan harga setajam ini.
Secara valuasi, saham BMBL saat ini dinilai relatif murah. Dengan Price to Book Value (PBV) sebesar 1,03x, saham BMBL berada di sekitar nilai bukunya. Selain itu, harga saham BMBL telah turun sekitar 63 persen dari harga IPO sebesar Rp188, sehingga banyak pelaku pasar menilai ruang kenaikannya masih terbuka apabila kinerja operasional atau aksi korporasi ke depan memberikan katalis positif.
Baca Juga: Saham KRAS Naik Ratusan Persen, Perusahaan Angkat Bicara
Fenomena penguatan BMBL ini juga terjadi di tengah gelombang aksi korporasi berbentuk akuisisi yang sedang ramai di pasar modal. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah saham mencatat lonjakan signifikan akibat perubahan pengendali.
Saham STAR melonjak setelah Calculus Investment Pte. Ltd. mengambil alih posisi pengendali. Saham SGRO ikut terdorong setelah mayoritas saham dilepas kepada AGPA Pte. Ltd., anak usaha POSCO International. Sementara itu, saham ATAP mencuri perhatian setelah muncul rencana pengambilalihan 51 persen oleh pendiri PT Remala Abadi Tbk (DATA)
Tren akuisisi yang sedang memanas ini membuat pelaku pasar semakin peka terhadap setiap manuver korporasi, termasuk yang terjadi di BMBL. Aksi divestasi sebagian dari pengendali dinilai dapat membuka ruang bagi potensi perubahan struktur kepemilikan, terutama di tengah momentum pasar yang tengah didominasi akuisisi berbagai emiten oleh investor baru.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement