- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
DOID Ungkap Pemulihan Kinerja di Kuartal III 2025! Volume, Produktivitas, dan Margin Kompak Naik
Kredit Foto: BUMA
PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID) melaporkan pemulihan operasional dan keuangan yang semakin solid hingga kuartal ketiga 2025, memperkuat momentum perbaikan yang sudah terbentuk sejak 2Q25. Kinerja 3Q25 menunjukkan peningkatan signifikan pada volume produksi, produktivitas alat, serta efisiensi biaya, meski hasil year-to-date masih tertekan dampak gangguan besar pada 1Q25.
Pemindahan lapisan tanah penutup (overburden/OB) naik 25% dari 2Q ke 3Q, setelah sebelumnya meningkat 4% dari 1Q ke 2Q. Jam kerja alat tumbuh 29% sepanjang Januari–September, sementara jam nonproduktif turun 53% dipengaruhi kondisi cuaca lebih kering dan pemulihan pascahujan yang lebih cepat. Perbaikan perencanaan operasional turut mempercepat cycle time hingga 12%.
Efisiensi terlihat dari turunnya berbagai komponen biaya per unit. Biaya tunai per BCM turun 28% dari 1Q ke 3Q, biaya tenaga kerja per BCM turun 45% seiring disiplin shift yang lebih ketat, dan biaya bahan bakar per BCM turun 14% sejalan konsumsi yang lebih rendah. Biaya perbaikan dan pemeliharaan juga berkurang 13%, ditopang pendekatan condition-based maintenance yang mendorong usia komponen naik 28%.
Baca Juga: BUMA Lunasi Senior Notes Lebih Awal, Demi Perkuat Likuiditas
Pada 3Q25, OB removal mencapai 128 juta bank cubic meter (MBCM) dan produksi batu bara mencapai 22 juta ton, masing-masing naik 18% dan 12% secara QoQ. Pendapatan meningkat menjadi USD400 juta, naik 6% QoQ, sementara EBITDA naik menjadi USD63 juta dengan margin 19%, dibanding USD50 juta (margin 16%) pada 2Q25. Rugi bersih menurun menjadi USD1 juta, terbantu kenaikan EBITDA dan keuntungan nilai wajar dari investasi pada 29Metals.
Direktur BUMA International Group, Iwan Fuad Salim, menyatakan pemulihan yang terlihat di kuartal ketiga menjadi bukti penguatan konsistensi operasional. “Jam kerja efektif yang lebih tinggi, cycle time yang lebih singkat, dan pengendalian biaya yang lebih ketat menghasilkan volume yang lebih baik, biaya yang lebih rendah, dan EBITDA yang lebih kuat, meskipun kondisi masih menantang,” ujarnya.
Secara year-to-date (9M25), kinerja masih mencerminkan dampak besar gangguan pada 1Q25, termasuk penghentian operasi 27 hari di dua site akibat insiden keselamatan kontraktor. OB removal tercatat 337 MBCM dan produksi batu bara 60 juta ton, masing-masing turun 20% dan 8% YoY. Pendapatan mencapai USD1,131 miliar, turun 16% YoY, sedangkan EBITDA sebesar USD127 juta (margin 14%), atau USD148 juta (margin 16%) tanpa beban pesangon. Grup mencatat rugi bersih USD81 juta, terutama dipengaruhi penurunan EBITDA dan pencadangan piutang di Australia.
Baca Juga: Emas dan Tembaga Menguat, Indonesia di Ambang Lompatan Industri Tambang
Pendapatan bisnis pertambangan ACG naik menjadi USD45 juta dari USD12 juta setahun sebelumnya. CAPEX 9M25 mencapai USD149 juta, naik 12% YoY, mayoritas dialokasikan pada pemeliharaan armada serta peningkatan kapasitas site di Indonesia.
Grup juga mencatat perbaikan kinerja lingkungan dan sosial, dengan intensitas emisi Scope 1 dan 2 turun 17% QoQ. Program vokasi BIRU mencatat peningkatan dampak sosial, dengan 30% lulusan telah bekerja dan 10% melanjutkan pendidikan.
Setelah periode pelaporan, likuiditas Grup menguat melalui dua aksi pendanaan: penerbitan Obligasi III BUMA 2025 senilai USD53,7 juta pada Oktober, serta pelunasan lebih awal USD212,25 juta Senior Notes 7,75% yang dibiayai fasilitas sindikasi pada November. Langkah ini memperpanjang profil jatuh tempo utang dan mengurangi risiko refinancing jangka pendek.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement