Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Masih Impor 54% Aluminium, Inalum Siap Tutup Celah Pasar

Indonesia Masih Impor 54% Aluminium, Inalum Siap Tutup Celah Pasar Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketergantungan Indonesia terhadap impor aluminium masih tergolong tinggi. Hingga 2024, lebih dari separuh kebutuhan aluminium nasional masih dipenuhi dari luar negeri, meskipun Indonesia memiliki sumber daya bauksit yang besar.

Group Head Business PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Al Jufri mengungkapkan bahwa pasokan aluminium dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan nasional secara optimal.

“Tahun 2024 Indonesia ini masih mengimpor aluminium. 46 persen itu dipasok oleh produsen dalam negeri, 54 persen diimpor,” ujar Al Jufri dalam Media Gathering Inalum, Jakarta, Selasa (17/12/2025).

Baca Juga: INALUM Produksi 500 Ribu Bibit Pohon per Tahun untuk Konservasi Danau Toba

Ia menjelaskan, kondisi tersebut menunjukkan masih besarnya peluang pasar bagi industri aluminium nasional. Selama ini, nilai tambah komoditas bauksit belum sepenuhnya dinikmati di dalam negeri karena Indonesia lebih banyak mengekspor bahan mentah dan mengimpor produk jadi bernilai tinggi.

“Kalau aluminanya tadi harganya 400 US dollar per ton, sekarang ini aluminium itu harganya 2.900 US dollar per ton,” kata Al Jufri.

Untuk mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperkuat rantai nilai industri aluminium nasional, Inalum menargetkan peningkatan kapasitas produksi smelter aluminium secara bertahap. Saat ini, kapasitas produksi aluminium Inalum berada di level 275.000 ton per tahun.

“Kalau yang aluminium smelter ini, kapasitas kita itu 275.000. Next kita target baru 600.000 dari plan awal itu 900.000,”ujarnya.

Baca Juga: Tak Sekedar Industri, Bos Inalum Beberkan Strategi 'Jaga' Napas Danau Toba

Ekspansi kapasitas tersebut merupakan bagian dari strategi hilirisasi yang terintegrasi, mulai dari bauksit, alumina, hingga aluminium. Inalum juga didukung oleh pengembangan pabrik alumina di Mempawah, Kalimantan Barat, yang diharapkan dapat memperkuat pasokan bahan baku aluminium di dalam negeri.

Namun, pengembangan smelter aluminium ke depan masih menghadapi tantangan, terutama terkait kepastian pasokan listrik dan skema energi yang kompetitif agar industri tetap efisien dan berdaya saing.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: