WE Online, Jakarta - Dari 250 juta lebih penduduk Indonesia, sekitar 160 juta orang mengalami masalah gizi, baik itu kekurangan gizi maupun kelebihan gizi atau obesitas. Dari masalah tersebut, Indonesia memiliki peringkat gizi ke-48 di dunia setara dengan negara-negara di Afrika.
Demikian diungkapkan oleh Direktur Bina Gizi Direktorat Bina Gizi dan KIA tahun 2013 Doddy Izwardy dalam kegiatan Konferensi Indonesia Bergizi 2015 yang digelar di Jakarta, Senin (16/11/2015).
Melihat kondisi tersebut, menurut Doddy, pemerintah tidak tinggal diam. Ia mengatakan bahwa selama ini telah sering digelar konferensi, pembahasan, ataupun penelitian yang dilakukan oleh sejumlah pihak. Pemerintah sendiri juga tidak kurang-kurang mengeluarkan regulasi dalam rangka perbaikan gizi masyarakat.
Untuk itu, Doddy mengajak kepada semua pemangku kepentingan, setidaknya yang terlibat dalam kegiatan tersebut agar mengimplementasikan gagasan yang didapat dari konferensi tersebut. Dia juga meminta agar implementasi tidak hanya digelar di Jakarta, tapi di daerah-daerah terutama daerah terpencil.
"Kegiatan seperti ini seharunya 30 persen merupakan sumbangan dari Kemenkes dan 70 persen dari forum-forum seperti ini sebab gizi bukan milik Kemenkes. Gizi itu ada di hati kita dan kita harus bisa mengubahnya," ujarnya.
Sementara itu, Chairman Japfa Foundation Andi Prasetyo mengungkapkan Konferensi Indonesia Bergizi 2015 diharapkan dapat menghasilkan gagasan yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Ia menjelaskan kegiatan tersebut terselenggara atas konsorsium sejumlah pemangku kepentingan yang memiliki gagasan bagaimana meningkatkan gizi masyarakat Indonesia. Ia menambahkan kegiatan tersebut juga diharapkan menjadi prototipe dari gerakan-gerakan serupa yang dilaksanakan di dunia.
"Kegiatan ini diharapkan sebagai salah satu langkah untuk MDG dan menyongsong SDG," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Omar Niode Foundation Amanda Katili Niode mengatakan permasalahan gizi merupakan masalah nasional, perlu dukungan semua pihak. Menurutnya, saat ini sudah cukup banyak program terkait gizi di tingkat nasional maupun internasioal. Untuk memaksimalkan kegiatan yang sudah ada adalah diharapkan adanya kemitraan sejati yang berkesinambungan.
Terkait masalah gizi, menurutnya, kuliner juga berdampak pada gizi. "Upaya seperti ini dapat dilakukan melalui proses transparan melalui bentang media sosial," jelasnya.
Pemangku kepentingan yang hadir dalam Konferensi Indonesia Bergizi 2015 sendiri antara lain Omar Niode Foundation Agriculture Food and Culinary Arts, Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Foodreview Indonesia, dan CCPHI Partnership for Sustainable Community.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement