WE Online, Jakarta - Bank Dunia (World Bank) menyebutkan kebakaran hutan yang melanda Kalimantan, Sumatera, dan Papua makin memberikan dampak negatif bagi kondisi perekonomian di tanah air sehingga mempengaruhi produk domestik bruto (PDB).
Hal ini disampaikan Ekonom Utama World Bank Ndiame Diop di Energy Building Jakarta, Selasa (15/12/2015). Bahkan, ia mengatakan dampak kerugian yang disebabkan oleh kebakaran hutan diperkirakan mencapai sekitar Rp 221 triliun atau setara dengan 1,9 persen dari PDB.
"Bagi ekonomi yang tumbuh, kondisi ini bermasalah. Sebagian besar harus tangani masalah lingkungan. Kejadian ini, lingkungan yang tidak mendukung, dan kebakaran hutan, menghambat pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan kerusakan yang diakibatkan dari kebakaran hutan lebih dari dua kali lipat biaya pembangunan kembali pasca-bencana tsunami di Aceh. Pasalnya, lebih dari 100.000 kebakaran akibat ulah manusia menghanguskan 2,6 juta hektar lahan atau seluas empat setengah kali pulau Bali.
"Kebakaran hutan dan asap menimbulkan biaya US$ 16,1 miliar. Bandingkan dengan biaya rekontruksi (tsunami) 2004 yang sebesar US$ 7 miliar. Biayanya sangat besar. Ini perkiraan terendah karena tidak termasuk eksternalitas negatif dan tidak termasuk biaya kesehatan dan pendidikan," tuturnya.
Sementara itu, akibat kekeringan yang terkait dengan El Nino dan kebakaran hutan, produksi pertanian riil menurun sebesar 4,9 persen pada kuartal ketiga tahun 2015. Penurunan signifikan yang pertama selama empat tahun terakhir.
"Kalimantan, tempat di mana sebagian besar lahan gambut yang rawan di Indonesia mendapatkan dampak terbesar dengan penurunan PDB sebesar 1,2 persen," ucapnya.
Dengan demikian, pemerintah telah menetapkan moratorium pada konsesi lahan gambut yang baru, pembatalan konsesi yang telah diberikan pada lahan yang tidak dikembangkan, dan restorasi lahan gambut. Menurutnya, upaya tambahan harus difokuskan pada konservasi hutan-hutan gambut yang tersisa dan menghentikan pengeringan lahan gambut maupun daerah-daerah yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
"Pertumbuhan ekonomi Papua turun 12,8 persen jadi minus 0,6 persen. Bukan hanya karena kebakaran hutan saja. Sama dengan Kalimantan timur yang negatif karena kondisi ekonomi dan harga komoditas. Biaya yang ditanggung untuk konsekuensi lingkungan besar. Dalam hal kesehatan dan anak-anak yang terpaksa libur karena sekolah ditutup," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement