Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Saatnya Teknologi Digital Berperan Tingkatkan Penetrasi Asuransi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Perkembangan industri asuransi di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan pesat kendati dihadapkan oleh kondisi ekonomi yang naik turun.

Pada kuartal III tahun 2015 saja, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total pendapatan premi asuransi jiwa melesat 16%, yaitu dari Rp 86,92 triliun di tahun 2014 menjadi Rp 100,80 triliun di tahun 2015 dalam kuartal yang sama. Sementara total aset industri yang sampai menanjak sebesar 5,2% menjadi Rp 355,37 triliun dari Rp 337,64 triliun di periode yang sama di tahun 2014.

Namun, sayangnya raihan positif yang dicetak industri asuransi tidak diimbangi dengan tingkat penetrasi asuransi di Indonesia. Padahal, rendahnya tingkat penetrasi asuransi di Indonesia menunjukkan minat masyarakat untuk berasuransi masih tergolong rendah.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan akhir September 2015 tingkat penetrasi asuransi konvensional baru mencapai 2,51 persen. Kondisi yang lebih parah dialami industri asuransi syariah yang tingkat penetrasinya hanya mencapai 0,08 persen. Tingkat penetrasi ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Di Singapura, tingkat penetrasinya mencapai 4,3%. Kemudian di Thailand penetrasi asuransinya sudah mencapai 4,7%. Sementara di Malaysia, tingkat penetrasi asuransinya mencapai 3%.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan penetrasi, perusahaan asuransi, asosiasi, dan regulator harus melakukan edukasi secara masif kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar di kasawan ASEAN dan pertumbuhan kelas menengah yang tinggi sehingga menjadi pangsa pasar yang besar bagi industri asuransi dan sangat disayangkan apabila tidak digarap dengan serius.

Selama ini kebanyakan perusahaan asuransi lebih mengandalkan tenaga pemasarnya untuk meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia lantaran tenaga pemasar memainkan peranan penting dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi jiwa dan dalam membantu merencanakan masa depan keuangan masyarakat.

Memang tidak ada salahnya sambil menyelam minum air, agen asuransi dapat memasarkan produknya sekaligus mengedukasi masyarakat. Namun, mengingat begitu rendahnya penetrasi asuransi di negeri ini, sepertinya perusahaan asuransi dan stakeholder butuh terobosan baru yang lebih cepat, masif, efektif, dan efisien. Salah satu terobosannya ialah dengan memanfaatkan teknologi dan informasi digital.

Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) Elin Waty kepada Warta Ekonomi mengatakan teknologi digital memiliki peranan penting dalam meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia. Menurutnya, merambah dunia digital dapat menjadi alternatif cara untuk menggarap pasar industri asuransi yang masih sangat besar ini.

"Kami percaya bahwa edukasi mengenai literasi keuangan dan teknologi digital merupakan upaya yang ampuh untuk meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia," ujar Elin saat dihubungi di Jakarta, baru-baru ini.

Kelebihan lain penggunaan teknologi dan informasi digital yakni tidak memakan biaya yang sangat tinggi dalam memasarkan produk dan melakukan promosi. "Dengan demikian teknologi digital diharapkan mampu meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia," ucapnya.

Selain itu, melalui teknologi digital, hubungan antara perusahaan asuransi dan para nasabah dapat menjadi lebih kuat. Teknologi digital juga menyediakan kemudahan dan transparansi dalam layanan yang diberikan perusahaan kepada para nasabah.

Beberapa terobosan yang dilakukan Sun Life terkait pemanfaatan teknologi digital ialah dengan meluncurkan inisiatif media sosialnya yakni Brighter Life Indonesia pada 2012. Brighter Life adalah komunitas digital yang dirancang oleh Sun Life untuk berbagi ide dan tips-tips praktis untuk mewujudkan hidup yang lebih sejahtera, sehat, dan bahagia.

"Kemudian juga program Jumpa Blogger Sun Life yang merupakan kegiatan komunitas untuk para blogger di Jakarta, Surabaya, dan Bandung di mana para blogger mendapatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan mengenai pengelolaan dan perencanaan keuangan dari pakarnya," papar Elin.

Apa yang dilakukan Sun Life juga diamini oleh Pjs Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu. Menurutnya walaupun belum ada studinya seberapa besar peran teknologi digital dalam meningkatkan penetrasi asuransi, namun diyakini teknologi digital sangat membantu meningkatkan penetrasi asuransi di Tanah Air. Apalagi hal ini didukung dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang telah memiliki dan familiar dengan perangkat telepon pintar (smartphone).

Sebagaimana diketahui, data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa saat ini total pengguna ponsel di Indonesia mencapai 300 juta unit atau melebihi jumlah populasi Indonesia yang sebesar 251 juta. Kemudian sebanyak 71 juta di antaranya merupakan pengguna perangkat smartphone.

"Teknologi digital ini akan mampu menggapai masyarakat di desa-desa dan daerah terpencil di Indonesia," cetus Togar.

Besarnya jumlah pengguna ponsel juga mendorong Commonwealth Life untuk meluncurkan aplikasi mobile financial calculator (kalkulator finansial) yang menyediakan fitur fasilitas perencaan keuangan di dalam genggaman selular.

"Kalkulator finansial ini akam membantu dan memungkinkan siapa saja untuk merencanakan memahami tujuan dan kebutuhan finansial mereka melalui komputer, smartphone, dan tablet berbasis andorid dan iOs yang sangat mudah diakses kapanpun dan di manapun," kata President Director Commonwealth Life Simon Bennet saat peluncuran aplikasi tersebut di Jakarta.

Menurut Simon, kalkulator ini dilengkapi dengan tiga aspek perencanaan keuangan untuk pendidikan, masa depan, dan pensiun. Di fiturnya terdapat penghitungan jumlah dana, informasi kepada pengguna tentang atribut perencanaan keuangan seperti tipe investasi, profil risiko, dan produk investasi yang sesuai dengan tujuan pengguna.

"Kami berharap dapat mengajak dan menjangkau lebih banyak orang untuk memulai merencanakan keuangannya sejak dini," paparnya.

Selain Commonwealth Life, hal ini juga turut dimanfaatkan oleh OJK dengan meluncurkan aplikasi Sikapiuangmu pada 22 Desember 2015 lalu. Aplikasi ini sendiri ditujukan untuk membumikan pengetahuan masyarakat di bidang finansial. Adapun, aplikasi yang disediakan dalam fitur ini berupa fitur tips dan artikel keuangan, fitur kegiatan edukasi, fitur perencanaan keuangan, dan fitur mini survei.

"Kami beharap keberadaan pelaku dan mobile application Sikapiuangmu dapat menjadi ujung tombak dalam rangka mendukung peningkatan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia," terang Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad.

Jadi memang, penggunaan teknologi digital ini menjadi salah satu cara meningkatkan pemahaman dan penetrasi keuangan di Indonesia termasuk industri asuransi. Selain biaya operasional yang lebih murah, teknologi digital dengan memanfaatkan smartphone ini juga mampu menjangkau pelosok desa, efektif dan efisien, sehingga upaya edukasi dan sosialisasi dapat dilakukan secara menyeluruh.

Kalau Go-Jek (layanan ojek online) saja bisa begitu fenomenal dengan pemanfaatan teknologi digital, kenapa industri asuransi harus berpikir dua kali untuk memanfaatkannya?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: