WE Online, Jakarta - Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat (PKPM) unit penelitian Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya & Global Affairs Canada hari ini, Senin (14/3/2016), resmi mengumumkan hasil risetnya yang bertajuk Assessing Financial Inclusion Through, Branchless Banking in Indonesia.
Menurut Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya George Martin Sirait, riset ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya indeks inklusi keuangan masyarakat Indonesia.
"Menurut World Bank tahun 2014 bahwa baru 36% masyarakat yang terintegrasi dan menggunakan lembaga keuangan dalam hal ini perbankan. Kedua, apakah produk Laku Pandai yang digagas Otoritas Jasa Keuangan sejak tahun lalu bisa menjawab hal ini," ujar Martin saat memimpin seminar hasil riset tersebut di Unika Atma Jaya, Jakarta.
Sementara itu, variabel riset yang dilakukan berdasarkan asset, access, quality, dan welfare. Sedangkan responden yang diambil sebanyak 400 keluarga yang berada di empat wilayah, yakni Medan, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar serta wawancara mendalam dengan 12 bank lokal dan agen Laku Pandai.
"Dari sisi akses, sebenarnya tidak ada masalah akses ke bank, tapi kenapa hanya 31% yang memiliki rekening bank dengan alasan mereka tidak memiliki uang lebih untuk menabung di bank," ucapnya.
Padahal, lanjutnya, mereka memiliki keinginan menabung di bank walaupun kebanyakan dari mereka masih nyaman menyimpan uang di bawah bantal. "(Sebanyak) 61% yang memiliki keinginan menabung di bank dan kebanyakan mereka nyaman dengan menaruh uang di bawah bantal," tandas Martin.
Dari hal itu, dapat disimpulkan bahwa isu utama financial inclusion bukan hanya akses, tapi perilaku masyarakat dalam menabung juga perlu diubah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement