WE Online, Jakarta - Semakin meningkatnya ekspektasi bahwa bank-bank sentral akan mempertahankan kebijakan yang ada saat ini untuk menstimulasi pertumbuhan global memberi harapan palsu kepada pasar saham yang sebagian besar ditutup positif pada Senin (14/3/2016) lalu.
Tercatat, sebagian besar saham Eropa menguat karena investor mulai melupakan kekecewaan paska-konferensi ECB dan berfokus pada manfaat dari paket kebijakan pelonggaran baru.
Optimisme ini menular ke arena Amerika Serikat (AS). Saham AS ditutup mendekati level tertinggi tahunan. Pada saat yang sama seluruh peserta pasar menantikan konfirmasi lebih lanjut bahwa bank-bank sentral dapat mengatasi gejolak finansial yang sedang terjadi.
Ekuitas Asia terguncang saat perdagangan Selasa (15/3/2016) setelah Bank of Japan memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya di bulan Maret walaupun inflasi semakin turun. Nikkei merosot -0.68 persen.
Penurunan di Asia ini dapat memicu terjadinya tren bearish yang menular ke Eropa dan Amerika Serikat karena investor mempertanyakan kondisi ekonomi global saat ini.
Kita perlu menyadari bahwa penguatan pasar modal ini mungkin hanya sesaat karena pasar masih khawatir bank-bank sentral akan kehabisan amunisi untuk mendorong pertumbuhan global, sedangkan China mengalami selera risiko yang rendah.
Saham dapat semakin melemah apabila harga minyak mulai turun dan data yang semakin mengisyaratkan perlambatan pertumbuhan global menyebabkan gelombang penghindaran risiko yang membuat investor menjauh dari aset-aset yang lebih berisiko.
BoJ Pertahankan Kebijakan Moneter
Bank of Japan memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter di bulan Maret walaupun ekonomi Jepang mengalami inflasi yang sangat rendah dan tidak menampilkan tanda peningkatan sama sekali. BoJ memang sudah diperkirakan tidak akan membuat perubahan apa-apa mengingat memburuknya suasana setelah pemotongan suku bunga negatif pada tanggal 29.
Namun demikian, permasalahan global yang terus berlanjut dan memberi risiko negatif kepada Jepang menyebabkan tekanan besar pada BoJ untuk mengambil tindakan.
Walaupun Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda telah menyatakan bahwa pelonggaran moneter tidak memiliki batas, reaksi negatif dan berbalik arah dari langkah yang diambil pada rapat kebijakan sebelumnya seharusnya akan memaksa bank sentral ini untuk menggunakan metode lainnya guna mendorong pertumbuhan ekonomi dalam situasi yang sulit ini.
Sentimen terhadap Jepang tetap bearish. Aksi penghindaran risiko yang dapat mendorong yen akan menyebabkan kerentanan Nikkei di masa mendatang.
Menanti Pencerahan dari Data Penjualan Ritel AS
Perhatian investor terpusat pada rilis laporan penjualan ritel AS yang mungkin memberi gambaran kesehatan ekonomi AS mengingat konsumsi personal berkontribusi besar terhadap PDB AS.
Data dari AS menampilkan tren positif dengan peningkatan upah dan lapangan kerja baru yang akan meningkatkan belanja konsumen. Jika data penjualan ritel memenuhi ekspektasi maka spekulasi yang semakin kuat tentang peningkatan suku bunga AS di tahun 2016 dapat menginspirasi para trader yang optimis akan USD (USD bulls) di pasar valas.
Iran Hentikan Reli Harga WTI
Ekspektasi tentang kemungkinan pemotongan produksi dunia menurun drastis karena Iran menolak menyetujui kesepakatan untuk membekukan produksi minyak. Hal ini menjadi dasar bagi para trader yang pesimis akan WTI untuk menarik harga kembali ke level US$36.
Komoditas ini sangat bearish dan masalah berkelanjutan seputar oversuplai pasar minyak telah membabat ketertarikan investor. Sementara itu, kekhawatiran tentang potensi penurunan permintaan terus menghambat pemulihan harga.
Iran telah meminta anggota OPEC dan non-OPEC untuk tidak mengintervensi hingga produksi Iran mencapai empat juta barrel per hari. Hal ini semakin memperbesar kekhawatiran tentang oversuplai besar-besaran di pasar yang sudah sangat jenuh ini.
Dari sudut pandang teknikal, bears harus kembali mencapai di bawah US$35 agar mendapatkan kontrol untuk penurunan lebih lanjut menuju US$30.
Penulis: Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement