Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nelayan di Muara Baru Keluhkan Kebijakan Pembatasan Solar

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Para nelayan di pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, kesulitan melaut sejak adanya kebijakan pengendalian solar bersubsidi bagi nelayan.

"Kebetulan kebijakan pengendalian solar bersubsidi ini diambil usai Lebaran saat nelayan baru saja pulang dari kampung. Akibatnya, antrean kapal untuk beli solar menumpuk selama bulan Agustus ini," kata Ketua Departemen Perikanan Tangkap Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Rendra Purdiansa saat ditemui di Pelabuhan Samudera Nizam Zachman, Kamis (21/8/2014).

Rendra Purdiansa mengatakan pengurangan jatah BBM subsidi sebesar 20 persen per bulan tidak mencukupi sehingga kapal sulit melaut dan antrean menumpuk. Ia menjelaskan kapal di pelabuhan itu hampir 90 persen di atas 30 GT dan kebutuhan solarnya lebih dari 20 kiloliter per bulan.

"Kapal di sini besar-besar. Di atas 30 GT hingga 200 GT dan bisa muat solar hingga lebih 50 kiloliter. Dan kalau mau tambah harus mengeluarkan uang lebih dan berdampak pada pendapatan nelayan. Itu persoalan," katanya.

Ia khawatir kondisi tersebut dapat memicu masalah apabila nelayan tidak bisa melaut.

"Kalau mereka tidak bisa berangkat karena minyak, masalah besar buat anak buah kapal (ABK), pengurus, dan pemilik kapal karena setiap hari mereka mengeluarkan biaya, tapi tidak bisa produktif. Jadi, kita berharap pemerintah cepat tanggap karena BBM mereka pakai untuk produktif bukan jalan-jalan," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa untuk saat ini belum diketahui pasti dampak pengurangan BBM subsidi untuk nelayan khususnya nelayan purseseine (pukat cincin) di Muara Baru.

"Saat ini belum bisa dipastikan dampak pendapatan dan hasil akibat pengurangan jatah BBM subsidi ini karena mereka belum melaut. Untuk kapal nelayan purseseine kan melaut lebih dari dua bulan, jadi dampaknya baru diketahui setelah mereka melaut. Masalahnya sekarang sulit melaut," jelasnya.

Sementara itu, Andrew (34) seorang anak buah kapal mengatakan ia telah menunggu hingga seminggu untuk mengantre solar di stasiun pengisian bahan bakar nelayan.

"Biasanya kami antre isi solar paling cepat dua hari, paling lama seminggu. Tapi, karena habis Lebaran dan semua kapal mau melaut jadi antrean panjang ditambah tempat pengisiannya kehabisan solar jadi antrenya tambah lama," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: