Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wamentan: Konsumsi Beras Indonesia Masih Tinggi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan konsumsi pangan masyarakat Indonesia termasuk yang paling boros dan rentan. Bahkan, bila dibandingkan dengan negara Myanmar, posisi Indonesia hanya sedikit di bawah negara yang memiliki jumlah penduduk 50 juta jiwa.

Lebih lanjut, Rusman menjelaskan beberapa alasan mengapa konsumsi pangan Indonesia termasuk yang paling boros. Pertama dari sisi jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta penduduk tahun 2014, namun dengan tingkat pertumbuhan 1,4%.

"Dari 252 juta penduduk itu, ternyata yang laki lebih banyak daripada perempuan. Implikasinya ke pangan di mana laki-laki biasanya makannya lebih banyak dari perempuan," kata Rusman saat memberi sambutan pada dialog Ketahanan Pangan dan Energi dalam Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia di acara tiga tahun Refelksi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang diselenggarakan di JCC, Jakarta, Kamis (4/9/2014).

Kedua, pertumbuhan penduduk berpendapatan menengah meningkat sangat cepat. Dari 37,7% pada tahun 2003 menjadi 56,5% pada tahun 2010.

"Ada separuh dari penduduk Indonesia yang pengeluarannya sudah di atas 2$/hari," tambahnya.

Ketiga, konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih mono-kultur (beras) dengan tingkat konsumsi per kapita/tahun 130 kg.

"Konsumsi beras kita masih tertinggi, kalah sedikit dari Myanmar. Myanmar penduduk di dunia yang konsumsi berasnya paling besar. Bandingkan dengan Jepang yang sekarang memakan nasi tinggal 50 kg perkapita/tahun," katanya.

Keempat, capaian pola pangan harapan baru 81% yang didominasi asupan karbohidrat.

"Idealnya kan seharusnya ada 100% seimbang ada protein, karbohidrat, dan vitamin. Namun, Indonesia beratnya masih di karbohidrat. Nasi saja yang dibanyakin lauk nomor dua," urainya.

Oleh karena itu, Rusman menilai bahwa dengan peningkatan jumlah penduduk yang besar dan cepat seperti saat ini seharusnya diimbangi dengan laju peningkatan produksi pangan.

"Penduduk yang besar sebenarnya musibah atau anugerah? Kita bisa menganggap anugerah kalau kita bisa mengelola sumber daya manusia dengan baik yang lebih produktif dengan bonus demografi itu," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: