Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Guna Dukung Pertumbuhan di Masa Depan, Krakatau Steel Tingkatkan Infrastruktur Penunjang

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - PT Krakatau Steel Tbk (PTKS) terus meningkatkan infrastruktur penunjang guna mendukung ekspansi dan pertumbuhan produksi baja di masa depan. Langkah pengembangan induk dan anak usaha PTKS ini ditargetkan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja Krakatau Steel & grup.

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Irvan K Hakim menyatakan keyakinannya, bahwa langkah pengembangan induk dan anak usaha ini akan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja Krakatau Steel & group. Hal ini akan menempatkan Krakatau Steel dan group menjadi grup usaha yang dominan tidak hanya di sektor baja, tapi juga sektor lain, khususnya port services, air industri, industrial estate, properti, energi listrik, dan engineering.

“Kesemuanya diharapkan akan berkembang lebih pesat lagi pada masa lima tahun mendatang. Hal ini juga dimaksudkan untuk mengimbangi masa-masa sulit, jika ekonomi dunia atau industri baja global khususnya di Tiongkok, mengalami pelemahan sebagaimana yang terjadi pada masa tiga tahun terakhir ini,” jelas Irvan K Hakim di Jakarta, Minggu (21/9).

Irvan memaparkan, pengembangan infrastruktur penunjang dilakukan antara lain melalui PT Krakatau Bandar Samudera (PTKBS), yang telah meresmikan fasilitas kepelabuhanan, dengan membangun dermaga 3, 5, dan 6, sehingga kapasitas bongkar muat berhasil ditingkatkan menjadi 25 juta ton pertahun, sekaligus menjadi pelabuhan curah terbesar dan terdalam di Indonesia. Untuk peningkatan pelayanan, PTKBS juga saat ini tengah merencanakan untuk mengembangkan fasilitas pergudangan yang disebut Integrated Warehouse Facility.

Di bidang energi, anak usaha lainnya yakni PT Krakatau Daya Listrik, melakukan usaha produksi listrik yang efisien melalui penambahan fasilitas Combined Cycle Power Plant sebesar 120 megawatt (MW), dan bersama dengan Posco Energy membentuk perusahaan joint venture PT Krakatau Posco Energy berkapasitas produksi 200 MW, sehingga kapasitas total produksi energi meningkat menjadi 720 megawatt. “Ke depan, melalui anak usaha tersebut, Krakatau Steel masih berpotensi untuk mengembangkan energi listrik yang lebih efisien hingga 30% dari listrik PLN,” kata Irvan.

Selain itu, Irvan menjelaskan, sarana penunjang lainnya yang juga berkembang adalah peningkatan kapasitas air industri melalui PT Krakatau Tirta Industri, yang telah menambah kapasitas produksinya menjadi 56 juta liter per tahun. Demikian halnya dengan penyediaan lahan industri. Menurut Irvan, perluasan lahan industri juga dilakukan oleh PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, yang saat ini tengah menyiapkan 400 hektare dari rencana 500 hektare lahan untuk kawasan industri baru.

Di bidang Engineering, Construction & Procurement (EPC), PT Krakatau Engineering (PTKE) sebagai salah satu anak usaha Krakatau Steel telah tumbuh menjadi perusahaan EPC terkemuka dengan mampu mencatatkan sales sebesar Rp 3 triliun sepanjang tahun 2013. Kepercayaan pekerjaan bidang EPC semakin diperoleh oleh PTKE setelah menyelesaikan pembangunan proyek baja terpadu tahap I milik PT Krakatau Posco dengan bagian nilai proyek sekitar Rp 3,5 triliun.

“Dengan kemampuan SDM dan dukungan keuangan, PTKE siap untuk merambah dunia EPC di tingkat regional Asean. Prospektif proyek pada kuartal ketiga tahun 2014 dengan nilai kontrak sekitar Rp 3,4 triliun meliputi proyek-proyek di sektor Power Plant, Transmisi Listrik, Terminal BBM, Pupuk, Industri Gas dan Kapur Bakar, selain dari proyek Hot Strip Mill #2 sebagai bagian dari ekspansi Krakatau Steel,” kata Irvan.

Di jalur bisnis inti, Krakatau Steel juga sedang membangun pabrik Blast Furnace yang akan membuat kinerja pabrik akan jauh lebih efisien. Proyek pembangunan Blast Furnace ini sedang berjalan dan akan rampung pada akhir kuartal ketiga 2015 nanti, dengan nilai investasi sebesar US$ 540 juta. Selain itu, pembangunan jalur produksi baru juga akan dibuat, yakni dengan membangun pabrik HSM#2 yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun, dengan nilai investasi sebesar US$ 480 juta yang ditargetkan selesai pada 2017.

Pengembangan lainnya adalah menggandeng Nippon Steel Sumitomo Metal Corporation (NSSMC) guna membangun fasilitas produksi baja berkualitas tinggi untuk sektor otomotif, melalui pendirian perusahaan patungan bernama PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS), berkapasitas 500 ribu metrik ton, dengan nilai investasi sebesar US$ 400 juta. Pabrik ini direncanakan beroperasi pada 2017.

Selain dengan NSSMC, perseroan juga menggandeng perusahaan baja dunia lainnya, yakni Osaka Steel Corporation, untuk mendirikan perusahaan patungan bernama PT Krakatau Osaka Steel, yang akan meproduksi baja untuk kebutuhan sektor konstruksi. Investasi yang dilakukan adalah sebesar US$ 220 juta dengan kapasitas produksi pabrik sebesar 500 ribu ton. “Investasi yang dibutuhkan oleh PTKS dalam melaksanakan keseluruhan program pengembangan diperkirakan sebesar Rp 17 triliun dan direncanakan selesai secara keseluruhan pada tahun 2017,” jelas Irvan K Hakim.

Perusahaan juga mengembangkan produk-produk baja untuk aplikasi kapal perang, panser, otomotif, pipa, konstruksi, jembatan dan industri rumah tangga. “Segala perkembangan ini akan menunjang bisnis Krakatau Steel dan memantapkan langkah dalam melakukan ekspansi pasar sekaligus menyediakan baja kualitas terbaik untuk membangun bangsa,” ujar Irvan K Hakim.

Menurut Irvan, selama semester I tahun 2014 banyak tantangan yang dihadapi yang merupakan kelanjutan dari tren yang terjadi sejak 2 tahun sebelumnya yaitu melambatnya pertumbuhan konsumsi baja dunia yang menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan baja global. Kelebihan pasokan tersebut pada akhirnya memicu jatuhnya harga baja dan harga komoditas terkait industri baja seperti bijih besi dan batubara. Jatuhnya harga baja ditambah dengan kenaikan tarif dasar listrik, harga gas dan UMK menekan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan harus mengambil langkah untuk mengoptimalkan pendapatan dari bisnis non baja.

Selanjutnya, menurut Irvan, dalam waktu dekat akan terjadi pemulihan permintaan baja dunia seiring dengan pulihnya kondisi perekonomian negara-negara maju sebagaimana diperkirakan oleh World Steel Association selaku asosiasi produsen baja dunia dan beberapa pengamat industri baja. Dari sisi pasar domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil dan ketergantungan terhadap produk baja impor yang masih tinggi, memberikan peluang bagi perusahaan untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan kapasitas produksinya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor:

Advertisement

Bagikan Artikel: