Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Catatan Politik Didik J Rachbini

Oleh: Didik J Rachbini, Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef

Catatan Politik Didik J Rachbini Kredit Foto: Instagram/Didik Junaedi Rachbini
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politik sebenarnya hanya citra (image), persepsi dan bukan yang sebenarnya atau bukan sebenar-benarnya.Dalam politik praktis dan proses politik di lapangan, persepsi baik atau buruk, persepsi toleran tau radikal atau persepsi apa saja bisa dibentuk dengan gampang dan cengan berbagai cara dan metode.

Pertarungan politik Anies dan Ahok di Jakarta beberapa tahun lalu dalam pertrungan persepsi yang menjadi kenyataan dalam sekejab tetapi kemudian lenyap dalam sekejab berikutnya.Banyak pihak yang takut kemenangan Anies di Jakarta akan menjadi monster politik radikal, yang tidak akan toleran terhadap keberagaman.Pilgub Jakarta adalah pilgub paling brutal dan jangan diulangi lagi.

Baca Juga: Duet Anies-Ahok Disebut Tak Berdasar, Begini Penjelasannya!

Citra dan persepsi itu hanya dalam beberapa tahun lenyap ketika Anies hadir dalam pilpres dengan partai pendukung dari partai-partai nasionalis.Tim pemenangan di kanan kirinya juga datang dari kaum nasionalis, dengan latar belakang agama yang lengkap.Dalam pilpres ini tidak ada lagi pertarungan citra radikal agama dan radikal sekuler, anti NKRI, dan rasisme.

Politik dan demokrasi yang terbuka seperti sekarang ini adalah pertanda baik, paling tidak dilihat dari sisi persepsi citra seperti ini - kecuali masalah etika dan nepotisme Jokowi.Karena itu, gagasan politik menyatukan Anies dan Ahok di Jakarta adalah eksperimen yang baik dan berani untuk membersihkan pencitraan politik menuju polarisasi radikal agama atau radikal sekuler. Radikal sekuler di sini mirip-mirip radikal kiri yang anti agama.

Peluang Anies dan Ahok bersatu sangat mungkin karena beberapa faktor. Pertama, Anies sejatinya seorang yang relegius tetapi tidak radikal sepertiyang dipersepsikan ketika hadir dalam pilgub DKI dulu.Kedua, Ahok memang temparamental, yang kadang-kadang tabu di dalam politik. Namun, sesungguhnya Ahok adalah seorang yang nasionalis dilihat dari sejarah karis politiknya.Ketiga, tidak ada lagi faktor pendorong keduanya ke arah radikal karena Anies sudah bisa tampil di dalam pilpres dengan citra nasionalis relegius biasa.Keempat, Ahok juga akan bisa diterima publik.

Anies dan Ahok pasti berpikir positif jika paham gagasan seperti ini dari berbagai pihak yang hendal menjadikannya simbol kesatuan dari keduanya. Anies masuk Jakarta mempunyai peluang menang sangat besar jika tidak kita katakan hampir 100 persen.Anies punya prestasi di Jakarta, meskipun banyak kritik juga. Jakarta Indah dan banyak hal diselesaikan, juga bagian dari prestasinya.Dan Juga Anies semakin populer ketika menjadi capres.

Baca Juga: Ustazah Wanti-wanti Anies Baswedan: Jangan Mau Disuruh Jadi Menteri

Jika Anies tidak masuk politik dalam dalam 5 tahun ke depan maka namanya hilang dari peredaran. Anies bukan pemimpin partai politik seperti Prabowo Subianto atau JK pada masanya. Karena itu, masuk ke dalam politik di Jakarta adalah peluang yang baik tidak hanya bagi karir dirinya tetapi juga untuk bangsa untuk 2029 nanti.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: