Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Fluktuasi Rupiah Belum Bebani Pengusaha

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Denni Puspa Purbasari menilai fluktuasi nilai tukar rupiah yang sempat menembus Rp 12 ribu per dolar AS akhir pekan lalu belum terlalu membebani pengusaha karena tingkat fluktuasinya tidak terlalu cepat dan besar.

Deni mengatakan bahwa dengan fluktuasi yang masih di kisaran Rp 11.900-12.000 per dollar AS maka para pengusaha kemungkinan sudah mengantisipasinya dengan membuat beberapa skema perencanaan bisnis.

"Dengan nilai tukar yang tidak terlalu volatil (lincah) ini, pengusaha kan sudah buat planning untuk mengkaji kembali harga jual produk," kata Denni di Jakarta, Senin (22/9/2014).

Harga jual produk, lanjut dia, dapat berubah dengan catatan jika pengusaha masih melakukan impor untuk bahan baku. Menurut dia, beberapa pengusaha telah menyiasati fluktuasi nilai tukar rupiah dengan menyubstitusi bahan baku impornya dengan bahan baku domestik.

"Kurs yang lemah, tapi stabil itu tidak terlalu dikhawatirkan oleh pebisnis dibandingkan dengan kurs yang volatil. Yang lincah itulah yang menyulitkan bisnis," ucap dia.

Meskipun pebisnis belum terlalu khawatir, Denni mengingatkan pemerintah dan otoritas moneter Bank Indonesia tidak boleh "santai-santai" dalam menyikapi hal ini. Khususnya kepada pemerintah, dia mengatakan, fundamental ekonomi harus segera diperbaiki, salah satu caranya dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Hal itu agar terdapat perbaikan pada neraca transaksi berjalan yang terus digerogoti impor minyak mentah dan olahan.

"Kuatnya rupiah terhadap dolar ini kan ditopang oleh permintaan valuta asing yang sejalan dengan meningkatnya permintaan impor. Selain itu, dari sisi ekspor juga kita belum dapat peningkatan berarti karena penurunan harga komoditas dan pelambatan ekonomi global," ujarnya.

Denni mengatakan para pelaku pasar juga telah menaruh ekspektasi kepada pemerintah untuk melakukan reformasi struktural ekonomi dengan menaikkan harga BBM. Hal itu, ujar dia, harus segera direspons pemerintah sebelum dampak rencana kenaikkan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat The Fed membuat pelarian arus modal semakin besar.

Akibat sentimen terhadap pertemuan The Fed ini pula, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (18/9/2014) melemah 38 poin dan menembus Rp 12.007. Namun, setelah Kamis, nilai rupiah kembali menguat, pada Senin pagi ini, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank menjadi Rp 11.955. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: