Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat : 'Mayday' Jangan Sampai Jadi Karnaval Tahunan

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pengamat Politik dari Lingkar Madani Ray Rangkuti mengungkapkan perayaan Hari Buruh atau yang biasa disebut "Mayday" jangan sampai hanya menjadi karnaval tahunan.

"Saya berpesan aksi buruh yang terjadwal ini jangan sampai hanya jadi karnaval. Kita lihat saja setelah 'Mayday' itu kan diperingati aja habis itu ya selesai begitu saja," kata Ray saat dihubungi di Jakarta, Jumat (1/5/2015).

Ray menilai hingga saat ini belum terjadi apa-apa dalam peringatan "Mayday" tersebut dalam artian belum ada kesepakatan yang cukup baik antara kaum buruh dan pemerintah.

"Selama ini saya lihat belum terjadi apa-apa artinya belum ada kesepakatan yang cukup baik antara buruh dengan pemerintah. Maksud saya ayo dong gregetnya apa," katanya.

Selama ini, Ray berpandangan aksi buruh tidak lebih hanya turun ke jalan tanpa membuahkan hasil yang bisa dirasakan oleh masyarakat Indonesia. "Seharusnya bukan sekedar turun ke jalan, ayo dong gregetnya apa, kalo yang rutin itu kan biasanya nantinya hanya karnaval aja," ujarnya.

Lebih lanjut, Ray mengatakan hal tersebut sangat disayangkan jika hanya menjadi ajang karnaval tahunan semata sehingga dirinya mengharapkan perjuangan buruh tersebut diperjelas dengan target yang bisa dirasakan seluruh masyarakat.

"Padahal selama ini yang kita kenal gerakan buruh itu kan harusnya turun karena memang ada hal yang mereka rasa tidak tepat. Jadi sangat disayangkan sekali jika perjuangan mereka hanya seremonial saja," katanya.

Terkait dengan kemungkinan politisasi kaum buruh dengan hadirnya beberapa tokoh nasional dalam acara perayaan hari buruh, Ray mengatakan hal tersebut memang sangat strategis namun jika perjuangan mereka hanya turun ke jalan dan tanpa ada tujuan, mereka hanya akan diperalat saja.

"Harus jelas perjuangan buruh ini kemana, Jangan hanya sebagai acara seremonial saja tiap tahun. Harus bermakna, jika tidak kemungkinan politisasi akan besar," ujarnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: