Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Kenaikan Dolar Tak Pengaruhi Nilai Ekspor

Warta Ekonomi -

WE Online, Banjarmasin - Penguatan dolar Aerika Serikat terhadap rupiah tidak berpengaruh atau berdampak besar pada peningkatan nilai ekspor Provinsi Kalimantan Selatan.

Berdasarkan data Bank Indonesia, kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan melalui Asisten Direktur Bank Indonesia M Shiroth di Banjarmasin, Jumat (28/8/2015), sebagai provinsi eksportir komoditas, rendahnya tingkat permintaan pasar di tengah ketidakpastian perekonomian global kian menekan harga berbagai komoditas di daerah ini.

Sehingga, berdasarkan data dari BPS, penguatan dolar AS terhadap rupiah tidak berdampak besar pada peningkatan nilai ekspor Kalsel.

Sebelumnya, Shiroth menyampaikan data tersebut dalam pertemuan Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohurnas) Kalsel di Banjarmasin.

Berdasarkan data Bank Indonesia, turunnya permintaan berbagai komoditas, juga menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan II tumbuh melambat menjadi hanya 3,2 persen dibanding triwulan I 2015 sebesar 3,9 persen, atau di bawah nasional yang mencapai 4,7 persen.

Namun demikian, tekanan inflasi Kalsel pada triwulan II-2015 sebesar 6,07 di bawah rata-rata nasional sebesar 7,26 ini, relatif turun dibandingkan triwulan 1-2015.

Penurunan inflasi terutama disebabkan oleh terjaganya pasokan bahan pangan dan lancarnya distribusi pangan dari luar pulau, seiring dengan masuknya musim kering atau kemarau, dan relatif tenangnya gelombang laut.

Hal-hal yang perlu diwaspadai untuk tekanan inflasi ke depan adalah, kenaikan harga makanan jadi pascalebaran yang tidak terkoreksi dan penguatan dolar AS terhadap rupiah.

Sedangkan penahan inflasi, antara lain adalah masih amannya pasokan beras, karena akibat el Nino justru berdampak positif bagi pertanian padi Kalsel.

Pada pertemuan tersebut juga disampaikan, pentingnya melakukan sosialisasi dan persiapan dari seluruh pihak untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Kasi Analisis Statistik Lintas Sektor Badan Pusat Statistik Kalsel Andi Irawan mengatakan ada tiga tantangan besar saat menghadapi MEA.

Ketiga tantangan tersebut yaitu bidang infrastruktur, kualitas tenaga kerja dan ketimpangan pendapatan. Berdasarkan data BPS, terdapat 286 desa/kelurahan atau 14,42 persen yang jalannya bergantung pada kondisi cuaca.

Selain itu kata dia, fasilitas pendidikan, terdapat 6,92 persen desa/kelurahan yang tak memiliki Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan 7,24 persen kecamatan tak memiliki SMU/SMK.

Sektor penerangan, kata dia, juga menjadi permasalahan yang harus mendapatkan perhatian cukup serius dari pemerintah.

Kemudian, terjadinya ketimpangan pendapatan yang berasal dari akses terhadap sumber daya yang ada di Kalsel, sehingga perlu upaya cukup serius untuk mengurangi ketimpangan tersebut dengan berbagai terobosan antara lain menggenjot pertumbuhan pertanian melalui hilirisasi.

"Dalam enam tahun terakhir ketimpangan pendapatan tersebut terus meningkat, Salah satu pemicunya, adalah rendahnya pendapatan pekerjaan di pertanian dan tingginya pendapatan di pertambangan dan keuangan," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: