Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PerpuSeru Singsingkan Lengan Baju Sambut Bonus Demografi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Indonesia diperkirakan akan menghadapi bonus demografi ketika jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif pada tahun 2020-2030 mendatang. Pada periode tersebut jumlah penduduk usia produktif akan mendominasi hingga 70 persen, sedangkan penduduk usia muda dan lanjut akan menjadi minoritas dengan komposisi sebesar 30 persen.

Menyambut momen bonus demografi, Coca-Cola Foundation Indonesia hadir menawarkan program menarik bernama PerpuSeru yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Program yang mendapat dukungan dari Bill & Melinda Gates Foundation ini dicanangkan dengan kesadaran bahwa bonus demografi merupakan pedang bermata dua karena di satu sisi dapat memberikan manfaat, namun di sisi lain dapat juga menjadi beban.

Perwakilan dari Coca-cola Foundation Indonesia (CCFI) Titie Sadarini menjelaskan program PerpuSeru dibentuk karena pihaknya sadar aset terbesar Indonesia adalah jumlah penduduknya yang mencapai 250 juta jiwa. Atas kesadaran itu, ia mengatakan PerpuSeru memiliki tujuan untuk mengembangkan kualitas SDM manusia di Indonesia agar bisa memberi manfaat kepada negara.

"Aset nomor satu Indonesia tentunya adalah manusia karena kita punya banyak. Akan tetapi, manusia ini akan bukan menjadi aset dan malah menjadi beban kalau dia tidak berkualitas karena tidak memberikan timbal balik untuk pengembangan negaranya," katanya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Titie menjelaskan pemerintah Indonesia memiliki dua aset penting yang dapat diberdayakan untuk mengembangkan kualitas SDM, yaitu sekolah dan perpustakaan. Ia mengatakan paradigma bahwa jika ingin menjadi manusia berkualitas itu harus mengenyam pendidikan di sekolah sudah menyebar luas di masyarakat, namun tidak semua orang bisa bersekolah dengan berbagai macam alasan. Untuk itu, ia menambahkan pihaknya menjadikan perpustakaan sebagai tempat pengembangan SDM bagi orang-orang yang tidak mampu mengenyam pendidikan formal di sekolah.

"Filosofi perpustakaan itu adalah menjadi alternatif fasilitas publik yang dapat memberikan akses secara gratis. Kelebihan perpustakaan itu gratis dan tidak punya batasan karena siapapun boleh masuk. Perpustakaan itu tempat untuk belajar, untuk berkreasi, untuk berkreatif, dan untuk siapapun, kapanpun, di manapun. Jadi, sebetulnya perpustakaan itu aset tidur," paparnya.

Ia menegaskan Indonesia harus memanfaatkan puluhan ribu perpustakaan yang tersebar di seluruh penjuru nusantara agar menjadi fasilitas pengembangan diri masyarakat sehingga bisa tercipta SDM-SDM berkualitas yang mandiri dan mampu memberi manfaat pada lingkungan sekitarnya.

"Bayangkan, apabila ada puluhan ribu fasilitas yang bisa diberdayakan untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakat maka kesejahteraan Indonesia akan mudah tercapai," pungkasnya.

Mencetak SDM Berkualitas

Direktur Program PerpuSeru Erlyn Sulistyaningsih mengatakan program PerpuSeru menyasar ke segmen masyarakat dari kelompok pemuda, perempuan, dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Di daerah itu banyak pemuda yang merasa tidak memiliki peluang sehingga mereka pergi ke kota-kota dan menyisakan orang tua saja di desa. Padahal, anak-anak muda itu tidak perlu pergi ke kota untuk mencari informasi dan mendapatkan peluang apabila ada fasilitas. Mereka bisa mengembangkan UKM, mereka juga bisa mengembangkan usaha pertanian atau kerajinan apabila ada fasilitas untuk belajar," paparnya.

Ia menambahkan bahwa kelompok perempuan di daerah sebenarnya bisa diberdayakan dan diajak berpartisipasi untuk memajukan ekonomi di daerah tersebut. Ia menegaskan perpustakaan adalah tempat yang ideal bagi para perempuan untuk mengembangkan potensi diri yang dimilikinya.

"Perpustakaan itu salah satu tempat yang aman dan nyaman bagi para perempuan di daerah untuk berkegiatan. Dengan demikian, perempuan akan mendapatkan manfaat dan juga sumber penghasilan. Hal ini sejalan dengan manfaat yang didapatkan pelaku usaha mikro yang memperoleh manfaat pengembangan usaha dari adanya perpustakaan," imbuhnya. 

Perempuan yang mengenyam pendidikan di Universitas Atmajaya ini menjelaskan PerpuSeru memberi pendampingan, advokasi, dan monitoring kepada mitra perpustakaan, serta penyedia sumber daya manusia (SDM) sebagai tim pelaksana.

"Dukungan akan difokuskan pada upaya pemberdayaan dan memastikan keberlanjutan dari mitra perpustakaan. Tahap berikutnya adalah mendukung realisasi rencana dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan pendampingan yang dibutuhkan," tukasnya.

Sejak dirilis pada tahun 2011 program ini telah menjalin kerja sama dengan 114 perpustakaan desa maupun kabupaten. Kemudian dana yang telah dikucurkan sejak program ini dijalankan hingga periode September 2015 adalah sebesar lima juta dolar AS. Ditargetkan, hingga tahun 2018 PerpuSeru bakal menjalin kerja sama dengan 500 perpustakaan desa di 80 kota/kabupaten.

Saat ini Perpuseru telah sukses menggerakkan roda perekonomian di daerah-daerah seperti Kota Payakumbuh, Tebing Tinggi, Sleman, Lombok Tengah, Sinjai, hingga Bontang. Perlu diketahui, program ini telah berada di Pulau Sumatera, Sulawesi, NTB, Kalimantan, dan Jawa. Seiring berjalannya waktu Perpuseru akan merambah ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Bibit Unggul Perpustakaan

PerpuSeru telah banyak melahirkan bibit unggul yang dapat memberikan manfaat nyata ke masyarakat. Bibit unggul tersebut dapat memberi penghasilan bagi diri sendiri dan juga menggerakkan roda ekonomi di lingkungannya setelah mendapat pelatihan dari PerpuSeru.

Sebut saja, Sanikem yang merupakan wanita pengusaha tenun lurik dari Sukoharjo, Jawa Tengah, yang sukses mengubah sistem penjualan berkeliling dari desa ke desa menjadi sistem penjualan online setelah mengikuti pelatihan di PerpuSeru.

"Alhamdulillah sekarang tidak mondar-mandir lagi berjualan dan pendapatan kami sangat meningkat. Saya berterima kasih dan merasa sangat beruntung atas peningkatan taraf hidup yang saya alami setelah mengikuti pelatihan internet di perpustakaan," ujar Sanikem.

Ada juga seorang pengangguran bernama Emil yang sukses menjadi petani hortikultura di Bendung, Gunungkidul, DI Yogyakarta, setelah dirinya bolak-balik ke perpustakaan.

"Saya mendapatkan banyak informasi mengenai tanaman hortikultura yang cocok untuk saya kembangkan di lahan saya lewat layanan internet di perpustakaan desa. Juga informasi cara perawatan terong dan tanaman lainnya sehingga panen saya bagus," kata Emil.

Terakhir, ada pula seorang pemuda bernama Wahyu Widodo sukses menjadi pengusaha jahe merah di kota kelahirannya, Sragen. Kesuksesan itu didapatkan setelah ia bolak-balik mendatangi mitra perpustakaan program PerpuSeru untuk mengembangkan potensi dirinya. Kini pemuda yang sempat menjadi pengangguran ini sukses mendapat penghasilan Rp 10 juta per bulan dari usahanya. Ia juga bisa membiayai pendidikan tingginya dari usaha yang dirintis.

"Saya itu disuruh kerja di pabrik-pabrik, tapi saya ingin punya usaha sendiri. Akhirnya, pada bulan November (2014) saya ikut pelatihan di Perpusda Kabupaten Sragen. Di situ saya mendapatkan pelatihan teknologi komunikasi dan juga mendapat motivasi. Saat itu saya jadi ingin berbudi daya jahe merah," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: