Penguatan Rupiah Karena Faktor Eksternal, Bukan Internal

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melanjutkan penguatannya. Rupiah telah berhasil meninggalkan level Rp 14.000 dan saat ini berada di level Rp 13.845,05 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan penguatan rupiah tersebut lebih banyak disebabkan oleh sentimen dari eksternal bukan internal. Contohnya, seperti data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang tidak sesuai dengan ekspektasi sehingga menimbulkan pandangan bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.

"Paket Kebijakan Jilid III belum jelas seperti apa dan investor enggak membeli kucing dalam karung, walaupun ada indikasi paket itu akan membantu daya beli," ujarnya di Jakarta, Rabu (7/10/2015).

Ia menuturkan bahwa saat ini investor melihat The Fed tidak akan secara agresif menaikkan suku bunga tahun ini. Malah, menurutnya, suku bunga AS diperkirakan baru akan terjadi di Desember 2015. Itupun dinilai hanya untuk menjaga kredibilitas Bank Sentral AS karena awal tahun mereka bilang mau menaikkan suku bunga.

"Risikonya sudah terukur, kalau naik Desember paling kenaikkan sekitar 10 atau 15 basis poin," terang Lana.

Seharusnya, lanjut Lana, saat rupiah menguat maka Bank Indonesia (BI) memanfaatkan penguatan tersebut untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing agar laju rupiah semakin menguat dan tidak kembali ke jalur pelemahan.

"‎Kalau bisa dimanfaatkan untuk intervensi maka rupiah bisa di bawah level Rp 14 ribu dan mumpung sentimennya lagi bagus juga pemerintah segera keluarkan paket kebijakan selanjutnya. Kalau (Paket Ekonomi Jilid III) jadi obat yang ampuh maka akan direspons positif dari investor," tukasnya.