Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mampukah Ahok-Djarot Kembali Pimpin Jakarta? (2/2)

Mampukah Ahok-Djarot Kembali Pimpin Jakarta? (2/2) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Strategi Indo Survey & Strategy Karyono Wibowo menilai persepsi keberhasilan pembangunan di beberapa bidang selama menjabat sebagai gubernur bisa menjadi modal untuk meyakinkan pemilih di Jakarta untuk memilih pasangan Ahok-Djarot.

"Karakter pemilih Jakarta sebagian besar rasional yang tidak mudah goyah dengan permainan isu apalagi rumor. Saya yakin mayoritas pemilih Jakarta lebih melihat latar belakang keberhasilan seseorang dalam memilih," katanya.

Karyono mengatakan perilaku pemilih kebanyakan menilai sesuatu yang nyata. Dengan kata lain, menilai dari apa yang dilihat dan dirasakan. Dalam hal itu, Ahok-Djarot sebagai pasangan bakal calon yang masih menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur memiliki kelebihan untuk bersaing pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.

Bila pasangan tersebut mampu memelihara kepercayaan dan meningkatkan kepercayaan warga Jakarta, maka Ahok-Djarot dipastikan akan memenangi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.

Meskipun memliki modal keberhasilan selama menjabat, Karyono mengatakan keberhasilan pasangan calon juga dipengaruhi oleh tim dalam memainkan irama politik dan seberapa efektif instrumen politik memengaruhi pemilih.

"Semua instrumen pemenangan harus digerakkan maksimal sampai ke akar rumput," ujarnya.

Namun, Ahok bukan tanpa kelemahan. Karyono menilai gaya komunikasi Ahok yang meledak-ledak, kerap menggunakan kata kasar, dan tidak jarang menyinggung perasaan orang lain merupakan salah satu kelemahannya.

Itu adalah kelemahan yang paling menonjol dari Ahok yang perlu diwaspadai oleh tim koalisi. Kelemahan itu pula yang sering digunakan lawan politik Ahok untuk menyerang dari sisi etika komunikasi.

Menurut Karyono, kelemahan itu cukup penting untuk diperbaiki walaupun sebagian besar pemilih di Jakarta lebih menitikberatkan pada aspek keberhasilan Ahok dalam membangun Ibu Kota daripada sekadar gaya komunikasi. Namun, ada sebagian warga DKI yang dalam memilih pemimpin tidak sekadar dari satu sisi keberhasilan pembangunan fisik, tetapi juga menilai dari sisi lain, termasuk etika komunikasi dan moral.

"Itu tidak bisa dipungkiri. Penting untuk menjadi perhatian bahwa dengan gaya komunikasi saat ini Ahok berpotensi kehilangan segmen pemilih, terutama yang memang tidak suka dengan gaya komunikasi seperti itu," tuturnya.

Selain itu, gaya komunikasi Ahok itu juga rentan diplintir dan diprovokasi serta dimanfaatkan oleh pesaing yang menyerang. Bila kelemahan gaya komunikasi itu bisa diperbaiki, peluang Ahok-Djarot Saiful Hidayat memenangi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017 akan makin besar. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 akan diikuti tiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur.

Mereka adalah Ahok-Djarot yang diusung PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Golkar, dan Partai Hanura; Agus-Sylvi yang diusung Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN; serta Anies-Sandiaga yang diusung Partai Gerindra dan PKS. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: