Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kalangan Industri Berkomitmen Lebih Banyak Gunakan Inovasi Anak Negeri

Kalangan Industri Berkomitmen Lebih Banyak Gunakan Inovasi Anak Negeri Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melorot dari peringkat 37 menjadi 41 dalam Indeks Kompetitif Global 2015-2016 dalam laporan yang dikeluarkan Forum Ekonomi Dunia kini membuat kalangan industri berkomitmen lebih banyak menggunakan inovasi anak bangsa untuk mendorong manufaktur berdaya saing.

Ketua Komite Tetap Kebijakan Publik Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Utama Kajo di Jakarta, Jumat (23/12/2016), mengatakan tanpa inovasi industri tidak bisa bersaing, ini jadi era baru bagi industri untuk bisa maksimal menggunakan hasil penelitian dan pengembangan (litbang) sebesar-besarnya untuk kepentingan membuka daya saing manufaktur nasional sehebat-hebatnya.

"Menteri (Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir) sedang mengarahkan peneliti untuk 'turun gunung'. Kami siap menyambut itu dengan baik," katanya.

Utama yang juga merupakan Wakil Ketua Komisi Teknis Pangan dan Pertanian Dewan Riset Nasional (DRN) ini mencontohkan inovasi mesin pertanian untuk menanam bibit, memberi pupuk, sekaligus memanen yang diperebutkan untuk dikembangkan oleh 78 industri. "Bagusnya apa? Bahwa inovasi ini tidak di monopoli satu perusahaan tapi dibebaskan siapa saja mau memproduksinya diperbolehkan".

Inovasi lain hasil penelitian anak bangsa yang sudah diproduksi dan dipasarkan masal hingga keluar negeri adalah kulit manggis yang telah diekstrak untuk pengobatan. Dan inovasi bidang pangan yang sedang dikembangkan di Papua adalah sagu yang akan menjadi bahan dasar soun untuk soto instant nusantara yang akan diproduksi dan dipasarkan di Indonesia, ujar Utama.

"Mudah-mudahan inovasi ini dapat mendampingi hingga nantinya menggantikan bahan makanan yang harus impor. Papua punya potensi besar untuk sagu ini," katanya.

Sebelumnya Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir mengatakan pemerintah terus mendorong komunikasi perjalan baik antara peneliti dan industri. Selama ini hasil penelitian begitu banyak yang telah menjadi inovasi tetapi tidak pernah diketahui industri, sehingga "link and match" harus terjalin.

Peringkat inovasi Indonesia di 2016 dari laporan Forum Ekonomi Dunia mengalami peningkatan dari 35 menjadi 31, meski hasil riset yang menjadi inovasi dalam kesiapan teknologinya merosot drastis di angka 91. Karenanya, ia mengatakan peneliti didorong melakukan riset yang bisa menghasilkan inovasi yang dibutuhkan kalangan industri.

Penelitian dasar tetap berjalan, tapi akan didorong penelitiannya sesuai kebutuhan industri. Sehingga yang paling penting dilakukan di 2017 nanti harus dicari cara bagaimana meningkatkan angka kesiapan teknologi hasil riset ke level 9, yakni level inovasi yang siap diproduksi oleh industri, ujar Nasir.

"Ya kan kalau level 1-3 itu riset, level 4-5 itu prototipe, sedangkan level 7-9 itu sudah inovasi yang seharusnya siap dimanfaatkan industri," lanjutnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: