Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

2017, Kemendag Targetkan Jaga Stabilitas Harga dan Stok Pangan

2017, Kemendag Targetkan Jaga Stabilitas Harga dan Stok Pangan Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menjaga stabilitas harga dan stok pangan pada 2017 dengan mengintensifkan penerapan Tanda Daftar Gudang (TDG) serta pendaftaran distributor dan pedagang antarpulau barang kebutuhan pokok dan barang penting.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (4/1/2017), menyatakan bahwa dalam upaya pengendalian stok dan harga tersebut pihaknya akan mengaktifkan kembali tim panel ahli harga barang kebutuhan pokok untuk mengevaluasi kebijakan harga tersebut.

"Pada akhir 2016, harga bahan pokok cenderung mulai turun dan tidak ada gejolak. Suplai kami jamin dan akan memonitor terus untuk bahan pokok penting. Itu akan kita pertahankan pada 2017," kata Enggartiasto.

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, kebutuhan masyarakat untuk daging sapi per bulan kurang lebih sebanyak 56,5 ribu ton. Sementara untuk gula pasir sebanyak 250 ribu ton per bulan, pemerintah menjamin bahwa pasokan akan mencukupi.

Sementara stok beras yang ada di Perum Bulog, masih akan mencukupi untuk kurun waktu 6,6 bulan dengan jumah stok mencapai 1,73 juta ton. Enggartiasto meyakini bahwa produksi beras pada 2017 tidak akan lebih rendah dibandingkan dengan 2016.

"Sementara untuk gula, akan ada penandatanganan antara pelaku usaha distributor dengan harga Rp12.500 per kilogram," kata Enggartiasto.

Untuk kebutuhan daging masyarakat, pemerintah memberikan pilihan antara daging beku dan daging segar. Untuk daging beku, harga akan dipatok oleh pemerintah sebesar Rp80.000 per kilogram, sementara untuk daging segar diupayakan untuk bisa turun dibawah Rp100.000 per kilogram.

Pemerintah secara intensif telah melakukan pembicaraan dengan pelaku usaha untuk menjamin pasokan barang kebutuhan pokok penting untuk masyarakat tersebut. Ketersediaan bahan pokok, menjadi prioritas pemerintah pada 2017.

Meskipun pengendalian harga terus diupayakan pemerintah untuk meredam inflasi, harus ada keseimbangan harga antara petani, peternak dan juga konsumen.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar sepanjang 2016 yakni mencapai 1,21 persen dari inflasi 2016 yang mencapai 3,02 persen.

Beberapa komoditas pangan yang memiliki andil inflasi besar adalah cabai merah menyumbang inflasi sebesar 0,35 persen sepanjang 2016. Sedangkan bawang merah menyumbang 0,17 persen, bawang putih 0,11 persen, ikan segar 0,09 persen, cabai rawit 0,07 persen, minyak goreng 0,06 persen, gula pasir 0,06 persen, dan kentang 0,04 persen.

Sementara komoditas non bahan makanan yang menyumbang inflasi terbesar sepanjang 2016 antara lain rokok kretek filter 0,18 persen, tarif angkutan udara 0,13 persen dan tarif pulsa ponsel 0,1 persen.

Selain itu, rokok kretek 0,09 persen, tarif kontrak rumah 0,09 persen, tarif sewa rumah 0,09 persen, nasi dengan lauk 0,08 persen, emas perhiasan 0,07 persen, rokok putih 0,06 persen, upah tukang bukan mandor 0,06 persen, tarif listrik 0,06 persen, dan mobil 0,06 persen. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: