Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Perlu Perhatian Lebih untuk Jaga Inflasi 2017

BI: Perlu Perhatian Lebih untuk Jaga Inflasi 2017 Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menilai untuk menjaga inflasi tahun ini terkendali, pihaknya bersama pemerintah perlu memberikan perhatian lebih tinggi. Pasalnya sejumlah komponen inflasi baik dari harga yang ditentukan pemerintah (administered prices) dan harga pangan bergejolak (volatile food) berpotensi akan memberikan kontribusi lebih besar terhadap inflasi.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pada 2017 ini pihaknya akan lebih fokus mencermati perkembangan IHK, karena ada pengaruh dari administered prices) dan volatile food.

"Di 2017, perhatian inflasi harus betul-betul tinggi," tegas Agus saat ditemui di kompleks perkantoran BI, akhir pekan ini di Jakarta.

Dia menjelaskan, dari komponen administered price, sumber inflasi berasal dari kenaikan tarif dasar listrik akibat pengurangan subsidi listrik 900 VA. "Pada 2017 ini kami tahu ada sumber inflasi dari administered prices, ketika listrik 900 VA akan dikurangi subsidinya," katanya.

Selain itu, lanjut dia, pada awal tahun ini komponen pendongkrak laju inflasi jug datang dari kenaikan biaya pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Dengan demikian, jelas Agus, upaya pengendalikan inflasi harus dibarengi dengan peningkatan intensitas koordinasi dengan pemerintah. "Yang kami jadikan sumber koordinasi adalah harga pangan bergejolak. Karena di 2016 sebesar 5,9 persen, sedangkan administered prices cuma 0,2 persen," tuturnya.

Dia mengungkapkan, koordinasi antara BI dan pemerintah terkait pengendalian inflasi dari komponen volatile food, yakni ada pada upaya menjaga ketersediaan pasokan pangan. "Jangan sampai pasokan tidak ada dan akhirnya harga akan naik. Mau ada operasi pasar pun akan tetap naik," papar Agus.

Agus menambahkan, koordinasi dengan pemerintah juga terkait dengan kegiatan distribusi produk pangan. "Perlu kami jaga kalau ada musim hujan panjang atau virus pada cabai. Kalau ada kekurangan pasokan, kami tentu tidak ingin impor," imbuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: