Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

UMKM di Jateng Terkendala Pemasaran

UMKM di Jateng Terkendala Pemasaran Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Semarang -

Pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbagai sektor di Provinsi Jawa Tengah terkendala pemasaran dan belum diikuti dengan peningkatan kualitas produk.

"Mayoritas UMKM di Jateng masih terkendala pemasaran, terlebih masih banyak yang menggunakan metode konvensional atau belum memanfaatkan teknologi informasi," kata Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah UKM Provinsi Jawa Tengah Ema Rachmawati di Semarang, Minggu (12/2/2017).

Ia mengakui jika perkembangan jumlah UMKM di Jateng terus meningkat, tapi tidak diikuti dengan peningkatan kuantitasnya yaitu metode pemasaran, ketersediaan serta produktifitas bahan baku.

Ia memerinci pada 2012 terdapat 80.583 UMKM, kemudian di 2013 meningkat menjadi 90.339 UMKM, tahun 2014 meningkat menjadi 99.681 UMKM, 2015 meningkat menjadi 108.937 UMKM, hingga 2016 tercatat 115.751 UMKM.

"Para pelaku UMKM belum mengenal teknologi informasi dan kami juga belum membangun sistem informasi yang membantu pemasarannya, bahkan selama ini pemasarannya masih manual dengan cara pameran," ujarnya.

Ia mengakui jika selama ini, pihaknya belum secara maksimal mendidik konsumen untuk mempercayai produk dalam negeri daripada produk luar negeri.

Ema menilai, minimnya kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri disebabkan belum adanya "data base" dari berbagai produk UMKM di Jateng yang dapat memudahkan masyarakat menentukan pilihan produl.

"Pada tahun ini kita akan mulai rombak total dan akan ada perubahan pada sistem pelatihan produk UMKM, akan lebih banyak dilakukan pada penguasaan teknologi informasi," katanya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta pemerintah kabupaten/kota di Jateng untuk memperbarui data mengenai jumlah UMKM terkait pemberian berbagai bantuan oleh pemerintah.

"Dari sekitar 7,8 juta UMKM di Jateng, baru sebagian atau 105 ribu saja yang sudah masuk ke dalam 'data base'," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: