Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI NTT Perkirakan Inflasi 2017 Cenderung Stabil

BI NTT Perkirakan Inflasi 2017 Cenderung Stabil Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Kupang -

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur memperkirakan pergerakan inflasi sepanjang 2017 tingkat nasional mapun daerah cenderung berada dalam tingkat yang rendah dan stabil.

"Kami perkirakan inflasi pada tahun 2017 berada kisaran 3,0 - 3,2 persen atau lebih rendah dari capaian 2016 sebesar 3,4 persen," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga di Kupang, Selasa (7/3/2017).

Inflasi yang rendah dan stabil ini tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter dan koordinasi dengan Pemerintah untuk mengendalikan harga kelompok bahan makanan dan komoditas strategis lainnya yang selalu dibutuhkan masyarakat.

Dari sisi spasial, katanya perkembangan inflasi yang rendah terjadi di wilayah Jawa dan beberapa daerah lain di kawasan Indonesia Timur.

Sementara itu, lanjut dia tekanan inflasi yang tinggi terutama terjadi di daerah seperti Sumatera yang secara rata-rata diperkirakan berada di atas lima persen.

Ia menyebut beberapa aspek menjadi faktor pendukung perekonomian nasional dalam menghadapi pelemahan ekonomi global, di antaranya konsistensi stabilitas ekonomi dan sinergi kebijakan yang terlihat dari inflasi rendah dan stabil.

Nilai tukar rupiah yang terkendali, defisit transaksi berjalan dan APBN yang berada dalam level yang sehat, serta ketahanan perbankan dan sistem keuangan yang kuat.

Faktor-faktor pendukung stabilnya inflasi tersebut, katanya juga diperkuat oleh kondisi politik dan keamanan yang aman, sehingga adanya kepercayaan dari para investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia.

Faktor selanjutnya adalah pengaruh kebijakan "countercyclical" yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia melalui stimulus fiskal, deregulasi dan debirokratisasi Pemerintah melalui berbagai paket kebijakan.

Naek Tigor lebih lanjut menegaskan dari sisi moneter, Bank Indonesia turut mendorong perbaikan permintaan domestik dengan menurunkan suku bunga kebijakan hingga 150 bps dan Giro Wajib Minimum (GWM) hingga 150 bps.

"Pelonggaran juga dilakukan dengan kebijakan makroprudensial melalui relaksasi "Loan to Value" (LTV) untuk kredit properti dan "Financing to Value" (FTV) untuk pembiayaan properti, serta peningkatan batas bawah Giro Wajib Minimum (GWM)-"Loan to Funding Ratio" (LFR) dari semula 78 persen menjadi 80 persen," katanya.

Bank Indonesia juga katanya melakukan reformulasi kerangka operasi kebijakan moneter dengan mengganti suku bunga kebijakan dari BI Rate menjadi BI 7-day Reverse Repo Rate pada 19 Agustus 2016 untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter dan mendorong pendalaman pasar keuangan. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: