Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lima Tantangan di Bisnis Unggas yang Perlu Kamu Ketahui

Lima Tantangan di Bisnis Unggas yang Perlu Kamu Ketahui Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Minat masyarakat, khususnya generasi muda, untuk terjun ke bisnis unggas semakin menurun. Bayang-bayang kegagalan dan sulitnya memelihara unggas kerap menjadi momok yang sebenarnya menghalangi kesuksesan. Bagi kamu yang berminat dalam bisnis unggas, ada baiknya memahami tantangan maupun hambatan usaha tersebut. Pendiri sekaligus pemilik PT Inti Tani Satwa, Muhammad Yusuf Madeamin, berbagi rahasia sukses dan tantangan yang harus ditaklukkan dalam bisnis unggas.

Yusuf yang merintis bisnis unggas dari nol menjelaskan tantangan dalam memulai dan mengembangkan peternakan ayam memang cukup kompleks. Paling tidak ada sekitar lima permasalahan yang mesti dipecahkan agar bisa menjadi pebisnis unggas yang sukses. Segala tantangan tersebut, lanjut dia, hanya dapat diselesaikan dengan kesabaran dan kerja keras didukung strategi bisnis yang tepat merujuk pada kondisi kekinian. Berikut lima tantangan di bisnis unggas tersebut versi Yusuf

1. Akses?Permodalan

Yusuf mengatakan bisnis unggas belum banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah dan perbankan. Terlebih, risiko beternak ayam dinilai sangat tinggi sehingga pemerintah maupun perbankan berpikir dua kali untuk memberikan pinjaman untuk modal memulai maupun mengembangkan usaha. Kondisi tersebut dirasakan Yusuf saat merintis usahanya pada 1992 alias 25 tahun yang lalu.

"Tidak ada bank yang memberikan pinjaman modal pada awal merintis usaha. Saya pakai tabungan dan sewa tempat kecil-kecilan untuk berternak ayam. Ya, memang harus sabar memulai dari yang kecil sembari membangun jaringan dan kepercayaan. Kuncinya di situ yakni memegang dan menjalankan prinsip Al-Amin dari Rasulullah SAW," kata Yusuf kepada Warta Ekonomi?di Makassar, Sabtu (11/3/2017).

2. Wabah atau Penyakit

Yusuf menjelaskan wabah atau penyakit merupakan masalah klasik dalam bisnis unggas, khususnya ayam. Ayam merupakan hewan yang gampang stres dan mudah terkena penyakit. Penyakit ayam yang berbahaya seperti flu burung. Virus tersebut sangat mematikan dan bisa berdampak pada manusia yang memakannya. Karena itu, pisahkan ayam yang terjangkit flu burung agar tidak menular pada ayam lainnya. Untuk langkah pencegahan, lanjutnya, perlu diperhatikan kebersihan kandang, apalagi tatkala musim hujan.

Guna menanggulangi berbagai penyakit maupun virus yang mengancam kelangsungan hidup ayam, Yusuf mengaku manajemen pemeliharaan perlu dipermantap. Bukan lagi zamannya memelihara unggas serampangan. Unggas, seperti ayam juga membutuhkan vaksin dan vitamin. Selain itu, dibutuhkan adanya tenaga profesional untuk melakukan pengawasan dan pemeliharaan. Yusuf sendiri mengandalkan salah seorang anaknya yang memang berprofesi sebagai dokter hewan.

3. Fluktuasi Harga Ayam

Fluktuasi harga, menurut Yusuf, merupakan permasalahan yang paling sering dialami para peternak ayam. Terlebih saat sekarang ini, di mana terjadi kelebihan suplai daging ayam yang membuat harga di pasaran kian merosot. Kondisi demikian membuat peternak terancam merugi lantaran harga pasaran merosot sementara harga pakan tidak berubah dan cenderung naik.

Yusuf berujar peternak harus memiliki strategi bisnis dalam menghadapi fluktuasi harga ayam di pasaran. Peternak, lanjut dia, juga tidak boleh kaget dan langsung mundur tatkala menghadapi situasi demikian.

"Itu semua kan mekanisme pasar dan memang sulit untuk mengontrolnya," ucap bapak sembilan anak itu.

Selain harga ayam di pasaran, Yusuf tidak menampik biasa terjadinya fluktuasi harga sarana produksi di antaranya DOC, pakan, vaksin, obat-obatan. Naiknya harga pakan dan sarana produksi lainnya bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti cuaca yang menghambat pengiriman pakan dan kenaikan harga BBM yang otomatis menyebabkan semuanya naik.

4. Menembus Pasar

Dalam bisnis unggas, Yusuf menegaskan peternak sangat membutuhkan kepastian pasar. Karena itu, strategi untuk menembus pasar, baik itu pedagang maupun penjual makanan sangat penting. Terlebih, daging ayam atau telur tidak bisa bertahan selamanya. Semakin lama disimpan maka ongkos operasional membengkak dan bisa jadi malah rugi besar tatkala makanan yang disimpan itu membusuk.

Yusuf sendiri masih mengandalkan pedagang perantara alias bakul sebagai ujung tombak pemasaran. Sejauh ini, strategi bisnisnya terbilang ampuh dan mampu membuatnya meraup omzet mencapai miliaran rupiah. Dalam memasarkan hasil ternak, pihaknya juga tidak pernah menghabiskan seluruh sumber daya yang ada. Langkah tersebut guna memastikan pada keesokan hari, suplai daging ayam, maupun telur ke pelanggan, khususnya pedagang tidak terputus.

5. Persaingan Global yang Ketat

Yusuf menjelaskan persaingan global membuat peternak mesti berjibaku dan tahan banting meraih pasar yang semakin ketat. Terlebih dengan banyaknya perusahaan intergrator besar di bidang unggas, semisal Jafpa Comfeed dan Charoen Pokphand. Perusaahan-perusahaan itu membina peternak plasma yang membuat peternak mandiri harus bekerja keras untuk dapat bersaing.

"Keberadaan perusahaan-perusahaan besar itu tentu berpengaruh pada usaha, tapi saya tidak mau mengeluh. Intinya berusaha dan bekerja keras. Perusahaan saya sendiri ada yang juga bermitra dengan perusahaan besar tersebut," pungkas dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: