Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Indonesia Nilai Inflasi Kaltim Terkendali

Bank Indonesia Nilai Inflasi Kaltim Terkendali Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Samarinda -

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur menilai inflasi atau kenaikan harga di daerah ini sebesar 0,15 persen pada Maret 2017 masih terkendali dan sesuai dengan target inflasi nasional.

"Inflasi di Kaltim yang terkendali ini merupakan hasil koordinasi kebijakan pemerintah daerah bersama Tim Pengendali Inflasi dan Bank Indonesia," ujar Kepala BI Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur, di Samarinda, Selasa (4/4/2017).

Koordinasi antara tim dengan lintas sektor ini dalam upaya pengendalian inflasi berfokus pada upaya menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi barang, peningkatan kualitas infrastruktur, sarana logistik, dan menjaga ekspektasi inflasi.

Menurutnya, capaian inflasi bulan Maret 2017 lebih disebabkan oleh faktor kenaikan volatile foods (harga bergejolak) pada kelompok bahan makanan.

Secara umum, inflasi Kaltim Maret masih sejalan dengan pola perjalanannya, yakni masih sama dengan kondisi periode sebelumnya yang lebih tinggi dari nasional berdeflasi 0,02 persen (mtm).

Berdasarkan kota pembentuknya, lanjutnya, Samarinda mengalami inflasi 0,28 persen (mtm) atau sebesar 3,27 persen secara tahunan (yoy). Sedangkan Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,03 persen (mtm) atau sebesar 4,69 persen (yoy).

Secara umum, penyebab utama inflasi pada kedua kota tersebut adalah kenaikan tarif listrik, bawang merah, layang benggol, dan kendaraan roda empat.

Sedangkan faktor yang mampu menjadi rem laju inflasi antara lain tarif angkutan udara, tarif pulsa telepon seluler, dan susu bubuk.

Ia melanjutkan, jika dilihat dari komponen pembentuk inflasi, maka kelompok volatile foods mengalami inflasi 0,64 persen (mtm) atau 0,65 persen (yoy).

Kemudian diikuti kelompok administered price (komoditas yang harganya ditetapkan pemerintah) sebesar 0,29 persen (mtm) atau 9,48 persen (yoy), dan kelompok inti yang mengalami deflasi 0,06 persen (mtm) atau inflasi sebesar 3,09 persen (yoy).

Kenaikan harga bawang merah dan layang mendominasi dari sisi kelompok volatile food.

Sedangkan inflasi administered price lebih disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan harga rokok putih, termasuk ekspektasi kenaikan harga bensin.

"Selanjutnya, inflasi inti didominasi oleh kenaikan harga mobil dan sepeda motor. Pada sisi lain, penurunan harga tiket angkutan udara, tarif pulsa telepon seluler, dan komoditas bahan makanan seperti susu bubuk dan ikan kembung mampu menahan laju inflasi bulan Maret," ujar Muhammad Nur pula. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: