Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Chevron Jual Ladang Gas di Bangladesh ke Konsorsium China

Chevron Jual Ladang Gas di Bangladesh ke Konsorsium China Kredit Foto: PT Geo Dipa Energi (Persero)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan minyak terbesar kedua di Amerika Serikat, Chevron Corp, menjual tiga ladang gas mereka di Bangladesh ke konsorsium China senilai US$ 2 miliar. Langkah terbaru ini diambil lantaran Chevron ingin melepaskan aset non-inti pada tahun ini.

Kesepakatan tersebut, jika selesai, akan menandai investasi energi utama pertama China di negara Asia Selatan, dimana Beijing kini memompa uangnya miliaran dolar untuk berlomba meningkatkan pengaruhnya di Asia Selatan, bersaing dengan New Delhi dan Tokyo.

Ladang gas yang mencakup lebih dari setengah produksi gas di Bangladesh ini, dijual ke Himalaya Energy, sebuah konsorsium yang terdiri dari perusahaan minyak dan investasi China, ZhenHua Oil CNIC Corp.

CNIC, yang didirikan di Hong Kong pada tahun 2012, adalah platform investasi pemerintah yang berfokus mendukung investasi luar negeri perusahaan China. Pada Februari lalu, ZhenHua Oil telah menandatangani kesepakatan awal dengan Chevron untuk membeli ladang gas alam Bangladesh.

Seorang juru bicara Chevron mengkonfirmasi kesepakatan tersebut, namun ia menolak memberitahu secara rinci soal kesepakatan.

"Kesepakatan tersebut untuk penjualan perusahaan Chevron di Bangladesh, yang memegang kepentingan kami di Bangladesh. Nilai transaksi tidak diungkapkan dan kami tidak berhak membagi rincian kesepakatan," kata juru bicara Chevron dalam sebuah pernyataan melalui email, seperti dikutip dari laman?Reuters?di Jakarta, Selasa (25/4/2017).

Adapun juru bicara ZhenHua mengatakan penutupan kesepakatan tersebut sangat tergantung pada persetujuan dari Kementerian Perdagangan China.

Chevron menjual seluruh produknya dari lapangan Bangladesh, 16 juta ton per tahun setara minyak, ke perusahaan minyak negara Petrobangla di bawah kontrak bagi hasil.

Kendati demikian, dalam kesepakatan ini, Pemerintah Bangladesh memiliki hak penolakan pertama dalam penjualan aset apapun di negaranya.

Menteri Tenaga Kerja dan Energi Bangladesh, Nasrul Hamid, mengatakan bahwa konsultan energi Wood Mackenzie masih mengevaluasi apakah akan menguntungkan negara tersebut untuk mengajukan penawaran. Mereka sedang mengevaluasi apakah penjualan tersebut menguntungkan bagi Bangladesh atau tidak.

"Kami tidak bisa mengambil keputusan dengan tergesa-gesa sampai kami mendapatkan laporan konsultasi. Kami percaya bahwa Chevron akan menghormati permintaan kami," kata Hamid mengatakan kepada Reuters.

Juru bicara Chevron mengatakan bahwa pemerintah Bangladesh "sangat penting bagi keberhasilan bisnis yang sedang berlangsung, termasuk transisi ke pemilik baru", dan akan terus melakukan komunikasi terus menerus dengan Dhaka saat prosesnya berjalan.

Chevron mengatakan pada bulan Oktober 2015 bahwa mereka berencana untuk menjual aset senilai sekitar US$ 10 miliar pada tahun 2017, termasuk ladang gas Bangladesh dan proyek panas bumi di Indonesia dan Filipina, di tengah kemerosotan harga energi yang berkepanjangan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: