Harga kakao di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung naik menjadi Rp25.000 dari Rp20.000 per kilogram, karena permintaan eksportir komoditas itu yang meningkat.
"Kenaikan harga kakao kering ini belum mempengaruhi transaksi yang masih sepi," kata pedagang pengumpul kakao, Ellan di Pangkalpinang, Minggu.
Ia menjelaskan transaksi kakao masih sepi, karena hasil kakao petani yang kurang. Pedagang hanya mampu mengumpulkan kisaran 100 kilogram per hari, sementara permintaan eksportir mencapai 500 kilogram per hari.
"Saat ini minat petani mengembangkan kakao masih rendah, bahkan ada petani memusnahkan kakaonya dan digantikan dengan tanaman lainnya seperti karet dan sawit," ujarnya Pada hal, kata dia, prospek perkebunan kakao ini sangat menjanjikan dibandingkan karet dan sawit yang perawatannya membutuhkan biaya besar. Apalagi harga dua komoditas perkebunan itu sering anjlok.
"Saat ini belum serius mengembangkan kakao, karena tanaman ini masih dijadikan sebagai pembatas lahan, pagar dan lainnya," ujarnya.
Ia berharap pemerintah daerah mendorong petani untuk mengembangkan kakao, karena permintaan pasar yang tinggi dan harga komoditas itu lebih stabil dibandingkan komoditas lainnya.
"Saat ini seluruh produk makanan, minuman dan lainnya menggunakan kakao, sehingga diperkirakan harga komoditas ini akan terus mengalami kenaikan," ujarnya.
Untuk itu, ia berharap petani untuk juga mengembangkan tanaman kakao, karena komoditas ini sangat menjanjikan dalam meningkatkan ekonomi keluarga petani," harapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: