Lembaga riset pasar internasional Ipsos Business Consulting menginginkan udang menjadi komoditas dengan pertumbuhan tercepat di sektor budi daya perikanan di Tanah Air.
"Peluang bisnis udang lebih tinggi, perkembangannya untuk komoditas ini masih masif," kata Senior Consultant Ipsos Business Consulting Indonesia Juanri dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (25/8/2016).
Menurut Juanri, industri budi daya udang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan sangat potensial dibandingkan sejumlah komoditas budi daya unggulan lain seperti rumput laut.
Selain itu, ujar dia, perlu pula untuk lebih menggalakkan pertambahan udang dengan menggunakan teknologi yang lebih berskala intensif dibandingkan tradisional.
pertambakan udang sebanyak 75-80 persen masih menggunakan cara-cara tradisional, hanya sekitar 20 persen yang intensif.
Senior Manager Ipsos Business Consulting Indonesia Domy Wijaya Halim mengingatkan bahwa permasalahan di Indonesia, antara lain adalah kurang akses ke permodalan bagi petambak serta kekurangan teknisi dalam menjaga kualitas komoditas udang.
"Rata-rata butuh investasi Rp1 milar per satu hektare untuk menambah produktivitas," kata Domy.
Domy juga menginginkan agar tidak hanya industri hulu, tetapi industri hilir sektor budi daya perikanan di Indonesia juga perlu ditingkatkan agar meningkatkan nilai tambah produk ekspor.
Berdasarkan proyeksi WorldFish Foundation, sektor budi daya perikanan Indonesia akan tumbuh lebih dari 10,1 juta metrik ton per tahun, menciptakan 8,9 juta pekerjaan tetap, dengan nilai pasar 39,5 miliar dolar AS pada 2030.
Hal tersebut dinilai menunjukkan potensi yang luar biasa, mengingat lebih 80 persen dari usaha perikanan di Indonesia dinilai masih berupa usaha rumah tangga nelayan tradisional dengan teknologi sederhana.
Pada tahun 2015 sampai 2020, sektor budi daya perikanan diperkirakan tumbuh per tahun rata-rata sebesar 3,7 persen, sedangkan pertumbuhan perikanan tangkap bakal stagnan 0,4 persen pada periode yang sama.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan jumlah auditor bertambah dari 700 menjadi 1.000 orang pada 2016 melakukan sertifikasi cara budi daya ikan yang baik.
"Kami ingin jumlah pembina bertambah dan auditor bertambah karena jumlah pembudidaya naik, produksi naik, ekspor naik dan jumlah ikan dikonsumsi naik pula," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto, di Mataram, Kamis (26/5).
Sertifikasi CBIB merupakan kegiatan pemberian sertifikat melalui penilaian kesesuaian yang dipersyaratkan dalam cara budi daya ikan yang baik.
Sertifikat CBIB berupa surat keterangan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP bagi unit usaha pembesaran ikan yang menyatakan bahwa unit pembesaran ikan telah memenuhi persyaratan CBIB.
Sertifikasi CBIB yang objektif dan transparan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan produsen dan konsumen, dan pada gilirannya akan meningkatkan daya saing produk perikanan budi daya Indonesia. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: