Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Western Union Sebut 25 Persen Remitansi untuk Pendidikan

        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Western Union Indonesia menyebutkan sebesar 25 persen dari total remitansi atau pengiriman uang oleh pekerja asing ke negara asalnya dilakukan untuk keperluan pendidikan "Indikasi kami 25 persen dari total pengiriman uang dikirimkan untuk keperluan pendidikan," kata Country Director Western Union Indonesia, Vijay Raj Poduval dalam temu media di Sentral Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2016).

        Dia mengatakan terdapat lebih dari empat juta orang Indonesia tinggal di luar negeri mengirimkan uang sebesar 9,5 miliar dolar AS di 2015. Tenaga kerja Indonesia (TKI) merupakan penyumbang utama pengiriman uang ke Indonesia.

        Dalam peringkat negara penerima remitansi di Asia Tenggara, Indonesia berada di urutan ke-2 di bawah Filipina.

        "Uang dari diaspora membantu ekonomi di desa-desa karena untuk sering digunakan keperluan konsumsi, seperti membayar pinjaman, edukasi, maupun untuk keperluan biaya hidup," ucap Vijay.

        Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid seperti dikutip dari laman resmi BNP2TKI menegaskan remitansi tidak hanya dinikmati oleh keluarga di daerah asal para TKI, tetapi juga telah menciptakan efek berganda bagi masyarakat lain.

        Bank Indonesia juga memandang remitansi mempunyai dampak positif bagi peningkatan keuangan inklusif. Kemudahan transfer dana akan membantu mengarahkan masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan untuk menggunakan produk dan layanan keuangan formal.

        Meskipun biaya remitansi Indonesia cukup rendah dibanding rata-rata dunia dan Asia, BI menengarai biaya keseluruhan untuk melakukan "cash-out" cukup besar.

        Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain karena TKI lebih memilih menggunakan sarana remitansi informal akibat kurangnya pengetahuan remitansi yang benar, kurangnya outlet "cash-in" formal yang berada dalam jangkauan TKI dan masih terbatasnya outlet "cash-out" sehingga membutuhkan biaya dan waktu, serta masih rendahnya tingkat literasi keuangan TKI dan keluarganya. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: