Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan biaya eksploitasi gas bumi di Indonesia cukup tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya harga gas bumi di hulu dan ujungnya memberatkan industri dalam negeri.
"Kamu tahu tidak yang membuat harga gas bumi mahal adalah biaya eksploitasi yang tinggi sekali di Indonesia dibanding negara lain," kata Achsanul Qasasi Anggota BPK di Jakarta, Rabu (21/9/2016).
Menurutnya, biaya eksploitasi minyak dan gas bumi (migas) yang tinggi menyebabkan ongkos produksi pun menjadi mahal. Alhasil harga gas di Indonesia tinggi sekali yang memang memberatkan industri.
"Biaya eksploitasi migas di Indonesia itu mencapai US$ 47 per barel padahal negara tetangga saja bisa tuh US$ 15 per barel," ujarnya.
Achsanul menilai, selain biaya eksploitasi, sumur-sumur yang sudah tua, membuat bisnis tersebut menjadi tidak menarik. Belum lagi banyak trader-trader yang mengambil untung tinggi dari bisnis gas bumi.
"Struktur biaya eksploitasi harus dibenahi. Sehingga hulu bisa murah karena 90 persen harga gas itu ditentukan dari hulu-nya. Belum lagi masalah trader yang berbisnis di sini jadinya rantai bisnis ini tidak efisien," tuturnya.
Sementara itu, lanjut Achsanul harusnya pemerintah turun tangan mengatasi masalah gas. Harus ada insentif bagi para investor untuk tertarik di bisnis eksploitasi gas.
"SKK Migas juga harus berikan jaminan untuk bagaimana pebisnis tertarik di eksploitasi gas," katanya.
Seperti diketahui, industri dalam negeri mengeluhkan tingginya harga gas bumi yang mereka beli. Apalagi bila dibandingkan dengan harga gas di negara tetangga harganya jauh lebih mahal di Indonesia.
Menurut data Kementerian Perindustrian, harga gas bumi di Singapura hanya sekitar US$ 4,5 per juta British thermal unit (MMBTU), Malaysia US$ 4,47 per MMBTU, dan Filipina US$ 5,43 per MMBTU.
"Sebenarnya, selain permainan calo gas, harga gas bumi di Indonesia memang sudah mahal dari asalnya alias dari hulu yang diproduksi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)." ungkap Achsanul.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: