Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan adanya proyek kereta api (KA) semi cepat Jakarta-Surabaya menjadi bukti bahwa Pemerintah Indonesia imbang dalam memilih investor untuk pembangunan infrastruktur.
Luhut dalam acara bincang dengan wartawan di Gedung BPPT Jakarta, Selasa, mengatakan selama ini banyak pihak menyebut Indonesia terlalu banyak didikte Tiongkok menyusul proyek KA Cepat Jakarta-Bandung yang dimenangkan negari panda itu.
"Kita jangan dibilang hanya Tiongkok melulu. Toh buktinya kita ada alternatif lain, yaitu Jepang ini. Jadi kita berimbang kok. Selama ini hubungan kita (dengan Jepang) karena kereta cepat Jakarta-Bandung goyang, tapi sekarang baik lagi (dengan tawaran proyek ini)," katanya.
Pemerintah Indonesia sebelumnya menawarkan proyek KA cepat Jakarta-Surabaya dengan kecepatan medium sekitar 150-200 km per jam kepada Jepang yang telah menyatakan ketertarikannya.
Jepang ditawari proyek tersebut karena dinilai memiliki teknologi yang mumpuni.
Menurut Luhut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan membuat studi kelayakan proyek strategis tersebut.
"Saya minta Desember (sudah jalan studinya), tapi BPPT bilang mereka sanggup mulai Januari 2017," katanya.
Luhut juga mengatakan pemerintah terus berupaya melakukan yang terbaik dalam proyek yang memiliki dampak ekonomi besar bagi masyarakat. Hal itu termasuk sisi ekonomi dari biaya investasi.
Menurut dia, aspek tersebut penting karena nantinya proyek tersebut akan dibiayai pemerintah.
?"Kalau Jepang bisa berikan teknologi dan angka yang lebih murah, kita kasih ke dia. Kalau Jepang ga bisa kasih murah, kita kasih ke alternatif lain. Kita belajar dari proyek Jakarta-Bandung. Saya sudah bicara dengan Bu Rini (Menteri BUMN), yang biayai pemerintah. Karena kita enggak mau didikte, kita akan libatkan PT Inka," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: