Filipina dan Tiongkok sepakat meningkatkan kembali kerja sama investasi dan perdagangan, setelah sempat mengalami "gangguan" terkait sengketa wilayah maritim di Laut China Selatan.
Juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok Shen Danyang kepada wartawan di Beijing, Rabu (19/10/2016), menegaskan kedua negara akan memfokuskan diri pada peningkatan kerja sama ekonomi yakni perdagangan serta investasi "Peningkatan kerja sama perdagangan, khususnya impor buah-buahan tropis berupa pisang dan nanas. Selama ini Filipina merupakan pemasok pisang dengan total 82 persen, dan nanas sebesar 70 persen dari pangsa pasar yang ada," ujarnya lagi.
Selain peningkatan kerja sama perdagangan, akan dibahas pula kerja sama investasi.
Filipina ingin investor Tiongkok dapat menanamkan modal kembali di negara tersebut, termasuk untuk pembangunan infrastruktur.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte tiba di Beijing pada Selasa (18/10) malam, untuk lawatan yang bertujuan meningkatkan perdagangan kedua negara.
Dalam kunjungannya tersebut Presiden Duterte memimpin sebuah delegasi yang cukup besar, terdiri atas 200 pemimpin bisnis Filipina.
Sebagian besar kerja sama ekonomi ini diperkirakan akan berbentuk investasi Tiongkok dalam bidang manufaktur dan infrastruktur, dan dimungkinkan dilakukan karena perekonomian Filipina dilaporkan terus meningkat.
Sekretaris Perencanaan Sosial Ekonomi Filipina Emmanuel Esguerra mengatakan, pertumbuhan ekonomi Filipina pada kuartal pertama 2016 tercatat 6,9 persen, melebihi perkiraan konsensus yang rata-rata 6,6 persen.
Pertumbuhan kuartal I tersebut membuat proyeksi PDB untuk tahun ini bisa mencapai 6,8 persen hingga 7,8 persen, meski sektor pertanian dan perikanan melemah.
Pertumbuhan yang kuat untuk meningkatkan investasi dan konstruksi serta keuntungan di sektor industri dan jasa. Namun, permintaan eksternal melemah dengan pertumbuhan ekspor barang dan jasa melambat menjadi 6,6 persen.
Sebelumnya, pada 2007 di bawah tekanan publik, Presiden Gloria Macapagal Arroyo membatalkan bantuan Tiongkok senilai 330 juta dollar AS.
Padahal, dengan investasi itu akan ada perbaikan pada jaringan telekomunikasi di negara itu.
Pemerintahan Aquino telah meninjau ulang proyek pembangunan jaringan rel kereta api senilai 503 juta dollar AS yang didukung Tiongkok.
Pada 2012, dengan menghangat hubungan kedua negara akibat sengketa di Laut China Selatan, mengakibatkan produk buah-buahan Filipina seperti pisang dan nanas sempat dipersulit untuk masuk pasar Tiongkok.
Selama empat hari kunjungannya ke Tiongkok, Presiden Duterte dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang serta pelaku bisnis negeri ini. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: