Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Trump Siap Bertemu Kim Jong-Un Sambil Santap Hamburger

        Trump Siap Bertemu Kim Jong-Un Sambil Santap Hamburger Kredit Foto: Reuters/Yuri Gripas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat membuat media Korea Utara kehilangan kata-kata. Corong pemimpin agung negara tersebut, sejauh ini hanya sedikit memberitakan presiden terpilih AS ke-45, Donald Trump.

        Sama seperti di belahan dunia lainnya, mungkin Kim Jong-un dan beberapa yang dekat dengan Trump, tidak pernah menduga atas kemenangan yang diraihnya, sehingga serentetan retorika telah diarahkan untuk Presiden Barack Obama yang akan menyingkir dan Hillary yang diperkirakan jadi penerusnya.

        Mereka bilang Obama adalah 'monyet hitam yang jahat' sedangkan Hillary Clinton adalah 'pensiunan yang pergi belanja'. Perlu diingat bahwa kepatutan politik masih belum mencapai Korea Utara. Siapa pun presidennya, baik itu Obama maupun Clinton, mencerminkan 'rezim yang gagal total' dan akan terkubur dalam 'limbah sejarah'.

        Namun retorika tersebut muncul sebelum adanya pemenang resmi dalam pemilihan presiden AS. Bagaimanapun setelah pemungutan suara, Pyongyang berubah menjadi senyap.

        Mungkin Kim Jong-un bingung dengan pernyataan-pernyataan Trump pada masa kampanye, yang menyebut pemimpin Korea Utara tersebut sebagai 'pria yang buruk'. Namun Kim mungkin juga menangkap sesuatu yang bisa dilihat sebagai sebuah tawaran perdamaian karena Trump mengatakan siap untuk bertemu dengan Kim sambil menyantap hamburger, demikian seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Jumat (18/11/2016).

        Jadi kesenyapan Pyongyang mungkin hanya karena mereka tidak tahu bagaimana membaca kata-kata Trump, dan jelas mereka tidak sendirian dalam keingungan itu. Saat ini Pyongyang jelas mereka-reka, apakah Trump akan tetap mau bertemu dengan pria yang membangun senjata nuklir untuk membuat Washington menjadi 'lautan api'?

        Apakah Trump tetap bersikap aneh atas Jepang dan Korea Selatan, atau kemenangannya dalam pemilihan presiden ternyata mengubah kebijakannya?

        Trump jelas sudah melunakkan retorikanya yang dilontarkan semasa kampanye yang terdengar sinis dengan aliansi dengan Korea Selatan dan Jepang. Sekitar sebulan sebelumnya di Iowa, Trump memberi isyarat memuja Kim walaupun mengakui pemimpin itu gila.

        "Pria ini seperti maniak, OK? Seberapa banyak anak muda berusia 26 atau 25 tahun ketika ayahnya wafat, memimpin jenderal-jenderal tangguh dan tiba-tiba Anda menyadari bahwa hal itu cukup mengesankan. Bagaimana dia melakukannya?"

        Dan Trump menjawab sendiri pertanyaan retorikanya.

        "Dia membasmi pamannya. Dia membasmi yang ini, yang itu. Saya pikir, pria itu tidak main-main. Dan kita tidak mau bermain dengannya. Karena dia benar-benar punya rudal. Dan dia benar-benar punya nuklir."

        Tentu kebijakan akhirnya tergantung juga pada orang-orang di sekitar Trump kelak, namun apa yang mungkin bisa dilakukan Trump atas Kim?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Gregor Samsa
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: