Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BI Jaga Anomali Penguatan Rupiah dari Efek Dana Repatriasi

        BI Jaga Anomali Penguatan Rupiah dari Efek Dana Repatriasi Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Kuta, Bali -

        Bank Indonesia (BI) menyambut baik kebijakan amnesti pajak atau tax amnesty yang dilakukan pemerintah. Selain dapat memberikan dampak positif, rupanya kebijakan tax amnesty juga berdampak kurang baik bagi nilai tukar rupiah. Pasalnya banyaknya aliran dana yang masuk dari dana repatriasi bisa menyebabkan rupiah menguat drastis atau di luar nilai fundamentalnya.

        BI memprediksi total dana repatriasi yang masuk ke Indonesia lewat program tax amnesty di akhir tahun bisa mencapai Rp100 triliun.

        "Perkiraan kami repatriasi yang sudah masuk sampai September Rp40 triliun, sementara ditambah periode kedua sehingga kuartal IV ada Rp100 triliun yang akan masuk," ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung di Kuta, Bali, Sabtu (3/12/2016).

        Juda mengakui, dengan masuknya dana sebesar itu pastinya akan mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Sebab dengan aliran masuk dana tersebut akan memperkuat Rupiah secara tidak normal. Untuk itu, BI akan menjaga agar Rupiah tidak menguat terlalu signifikan.

        "Ada lah (antisipasi dari masuknya dana repatriasi). Kami kelola dengan baik supaya Rupiah nggak tiba-tiba menguat," imbuhnya.

        Namun menurut Juda, untuk saat ini repatriasi masih belum mempengaruhi pergerakan Rupiah. Sebab dana repatriasi dari peserta tax amnesty masih parkir di bank gateway dalam bentuk mata uang asing.

        "Di bank gateway belum semua dikonversi ke Rupiah. Kalau dia masih valas belum ada dampak ke kurs. Kalau ada penempatan di properti atau investasi di saham baru konversi ke Rupiah baru ada suplai valas ke ekonomi baru ada dampak ke kurs. Jadi nggak serta merta masuk langsung konversi. Kami akan lihat juga sejauh mana perubahan dari valas ke Rupiah-nya," tutur Juda.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: