Sebagaimana prediksi Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Jabar sebelumnya, pada bulan November 2016, tekanan inflasi Jawa Barat secara bulanan meningkat ke level 0,5 persen (mtm) atau secara tahunan sebesar3,20 persen (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang mengalami inflasisebesar 0,09 persen (mtm) atau 2,81 persen (yoy).Peningkatan tekanan inflasi secara bulanan ini khususnya didorong oleh kenaikan harga-harga bahan makanan atau komponen volatile food.
Deputi Kepala (KPw) Bank Indonesia Jabar Soekowardojo menjelaskan selain karena berkurangnya pasokan di tengah berlangsungnya masa tanam pada sejumlah komoditas, curah hujan yang tinggi akibat La Nina juga berdampak kepada menurunnya produktivitas khususnya pada tanaman hortikultura. Secara fundamental, berlangsungnya pelemahan rupiah di bulan November juga memberikan sedikit tekanan pada perkembangan inflasi daerah.
??Secara historis, realisasi inflasi bulanan pada November2016 lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di November -periode 2011-2015 yakni sebesar 0,42 persen,?ujarnya kepada wartawan di Bandung, Jumat malam (2/12/2016)
Berdasarkan disagregasinya, dikatakan Soekowardojo, andil inflasi bulanan terbesar yang mencapai 0,37 persen diberikan oleh kelompok volatile food atau kelompok pangan yang umumnya bergejolak. Selanjutnya, andil inflasi bulanan terbesar kedua diberikanoleh kelompok core yakni sebesar 0,14 persen. Adapun andil inflasi dari kelompok administered prices (harga yang diatur pemerintah) tercatat sebesar 0,04 persen.
Soekowardojo mengungkapkan secara bulanan, kelompok volatile food mengalami inflasi yang cukup tinggi yakni mencapai 2,09 persen (mtm) setelah pada bulan Oktober mengalami deflasi sebesar 0,42 persen (mtm). Sedangkan ?Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food juga meningkat dari sebesar 9,08 persen (yoy) pada bulan Oktober menjadi 10,95 persen (yoy) pada bulan November.
?Baik realisasi inflasi bulanan maupun tahunan kelompokvolatile food ini lebih tinggi dibanding rata-rata historis lima tahun terakhir (2011-2015), di mana rata-rata inflasi bulanan di November sebesar 0,67 persen (mtm) sementara rata-rata inflasi tahunan di November sebesar 7,04 persen (yoy),?ungkapnya
Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan terbesar secara berturut-turut meliputi bawang merah (0,14%), cabai merah (0,14%), beras (0,05%), cabai rawit (0,04%),tomat sayur (0,04%), dan jagung manis (0,01%). Mayoritas penyumbang inflasi ini berasal dari subkelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran yang memang mengalami peningkatan inflasi bulanan tertinggi dibanding bulan sebelumnya.
?Kenaikan harga pada komoditas bawang merah terjadi akibat panen raya yang belum terjadi merata di seluruh sentra. Walaupun Brebes sebagai salah satu sentra produksi bawang merah nasional telah mengalami panen raya pada pertengahan November, namun produktivitas tanaman pada panen raya kali ini menurun dibanding panen sebelumnya,?pungkasnya.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: