Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pemerintah Putus Hubungan dengan JPMorgan, BEI: Pasar Modal Tak Terpengaruh

        Pemerintah Putus Hubungan dengan JPMorgan, BEI: Pasar Modal Tak Terpengaruh Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bos Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menyatakan pasar modal Indonesia tidak terpengaruh dengan adanya pemutusan kerja sama pemerintah Indonesia dengan JP Morgan Chase.

        "Saya rasa enggak, tapi saya rasa negara sebagai regulator punya hak untuk bicara. Morgan (JP Morgan) itu bodoh," ujar Tito di Jakarta, Selasa (3/1/2017).

        Memang, Menteri Keuangan Sri Mulyani telah memutuskan untuk mengakhiri hubungan kerja sama dengan JPMorgan ?Chase Bank. Hal tersebut dilakukan setelah JPMorgan mengeluarkan riset yang menyatakan kepemilikan aset Indonesia underweight. Padahal, pada November 2016 masih netral.

        Namun, menurut Tito, kondisi perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sehingga penurunan rating yang dilakukan JPMorgan tersebut tidak sesuai dengan kondisi.

        "Terus terang saya terganggu (analis JP Morgan). Itu tidak betul, tapi kita jadi membuang waktu untuk membela diri untuk menerangkan, saya mendukung keputusan Ibu Sri Mulyani (Menteri Keuangan)," tukasnya.

        Seperti diketahui, JPMorgan Chase Bank harus menerima konsekuensi atas riset tentang kondisi perekonomian Indonesia beberapa waktu lalu. Sri Mulyani memutuskan mengakhiri seluruh hubungan kemitraan dengan JP Morgan.

        Berdasarkan dokumen riset JPMorgan yang berjudul Trump Forces Tactical Changes pada 13 November 2016 di mana ditujukan kepada para investor JPMorgan, dijelaskan efek terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) membuat pasar keuangan dunia bergejolak, terutama negara-negara berkembang.

        Imbal hasil (yield) obligasi bertenor 10 tahun bergerak cepat dari 1,85 persen menjadi 2,15 persen sehingga meningkatkan risiko atas negara berkembang seperti Brasil, Indonesia, Turki, dan lainnya.

        JPMorgan kemudian memangkas peringkat surat utang atau obligasi beberapa negara. Brasil turun satu peringkat dari overweight menjadi netral. Begitu juga Turki, dari netral ke underweight akibat adanya gejolak politik yang cukup serius.

        Indonesia juga dianggap berada dalam posisi cukup buruk, yakni dari overweight menjadi underweight atau turun dua peringkat. Malaysia dan Rusia dinaikkan peringkatnya menjadi overweight. Afrika Selatan tetap dalam posisi netral.

        Sebagai penjelasan, overweight artinya adalah selama enam hingga 12 ke depan, pasar keuangan akan bergerak di atas rata-rata ekspektasi dari para analis. Netral artinya dalam rentang yang sama, pergerakannya sesuai ekspektasi. Sedangkan underweight artinya di bawah espektasi atau diperkirakan lebih buruk.

        Atas peringkat Indonesia yang turun drastis maka JPMorgan menyarankan agar investor untuk berpikir membeli surat utang dari negara lain yang lebih baik. Riset tersebut kemudian direspons oleh Sri Mulyani lewat surat Menteri Keuangan Nomor S-1006/MK.08/2016 tanggal 17 November 2016. Dalam surat itu, Sri Mulyani menyatakan riset tersebut berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: