Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Akhir Tahun 2016, Inflasi di Sumut Mereda

        Akhir Tahun 2016, Inflasi di Sumut Mereda Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Medan -

        Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara Difi A Johansyah mengatakan bahwa memasuki akhir tahun 2016 tekanan inflasi volatile foods di Sumut kembali menurun. Gejolak harga kelompok ini menurun sejalan dengan membaiknya pasokan. Sementara itu, imbuhnya, tekanan inflasi kelompok adminstered prices dan kelompok inti meningkat secara terbatas.

        "Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumatera Utara mereda hingga ke level 0,19% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan realisasi bulan lalu yang tercatat 0,76% (mtm) dan rata-rata inflasi bulan Desember dalam kurun 10 tahun terakhir," katanya di Medan, Kamis (5/1/2017).

        Dikatakannya, tekanan inflasi volatile foods secara bulanan mereda. Inflasi volatile foods pada periode ini menurun dari sebelumnya 2,4% (mtm) menjadi 0,03% (mtm). Penurunan tersebut utamanya didorong oleh meredanya tekanan inflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan dari sebelumnya 13,38 (mtm) menjadi -6,78% (mtm).

        "Adanya koreksi harga sebagian komoditas utama penyumbang inflasi seperti cabai merah, bawang merah, dan komoditas hortikultura lainnya yang didorong oleh peningkatan pasokan di pasaran terkait intensifnya operasi pasar dan perdagangan antar-wilayah, terutama wilayah Jawa juga turut memberikan dampak positif terhadap penurunan inflasi di tiga kota, Medan, Sibolga, dan Padang Sidempuan," ujarnya.

        Sementara itu, lanjutnya, tekanan inflasi administered prices meningkat dari 0,13% (mtm) menjadi 0,42% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh dampak lanjutan dari penyesuaian tarif cukai rokok yang terjadi pada beberapa periode lalu. Selain itu, semarak perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) serta persiapan tahun baru mendorong meningkatnya inflasi tarif angkutan udara.

        "Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini juga dipengaruhi oleh mulai meningkatnya harga minyak dunia yang mendorong disesuaikannya harga bahan bakar minyak untuk kelompok nonsubsidi serta tarif tenaga listrik," katanya.

        Ditambahkannya, indikasi membaiknya permintaan terlihat pada peningkatan tekanan inflasi inti yang meningkat dari 0,15% (mtm) menjadi 0,21% (mtm). Daya beli masyarakat diperkirakan masih kuat yang diindikasikan pada tingginya frekuensi komunikasi seiring dengan perayaan HBKN dan persiapan perayaan tahun baru diduga mendorong peningkatan harga pulsa ponsel.

        "Membaiknya daya beli masyarakat sebagai akibat perbaikan harga komoditas perkebunan di tengah pelemahan nilai tukar rupiah juga mendorong peningkatan inflasi inti. Sejalan dengan hal tersebut, ekspektasi baik pada level konsumen maupun pedagang yang cenderung meningkat. Demand pull inflation juga cenderung kuat yang ditandai dengan perkembangan indeks keyakinan konsumen yang meningkat," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: