Sektor keuangan di awal tahun 2017 masih akan menghadapi berbagai tantangan. Sebagian besar tantangan masih bersifat eksternal, yakni potensi kenaikan suku bunga acuan atau Fed rate, arah kebijakan ekonomi Donald Trump, dan moderatnya pertumbuhan ekonomi global.
Analis Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan faktor domestik seperti inflasi yang terancam meningkat akibat kenaikan harga bahan pangan seperti cabai, kenaikan harga BBM, dan tarif dasar listrik menjadi kado pahit bagi sektor keuangan di awal tahun ini.
"Proyeksi kenaikan inflasi juga membuat pelonggaran moneter yang dilakukan oleh BI tampaknya akan sulit. 7 days repo rate diproyeksikan tetap sebesar 4,75% dengan kecenderungan meningkat hingga 5-5,25% di pertengahan tahun," katanya kepada wartawan di Jakarta, Senin (9/1/2017).
Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa dengan adanya stagnansi pada proyeksi 7 days repo rate maka suku bunga kredit pun diprediksi bakal sulit untuk turun menjadi single digit. Hal tersebut akan membawa tekanan tersendiri bagi lembaga perbankan yang bergerak di sektor mikro akibat mahalnya bunga kredit. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dikatakan Bhima, dipastikan akan tumbuh terbatas apabila suku bunga acuan dinaikkan pada pertengahan tahun ini.
Di samping itu ketatnya likuiditas perbankan juga menjadi sinyal bahwa kinerja saham perbankan secara umum masih belum optimal. Rasio pinjaman terhadap modal atau loan to deposit ratio (LDR) masih akan ada di atas 90%, sementara kredit macet (NPL) makin mencekik bank yakni di atas 3,2%.
"Alhasil beberapa saham bank pelat merah masih bergerak mixed. Window dressing selama akhir tahun 2016 lalu akan ikut mendongkrak kinerja harga saham bank BUMN contohnya BMRI (Bank Mandiri Tbk)," tambahnya.
Sedangkan bagi lembaga perbankan yang sebelumnya mengalami kelesuan di tahun 2016 akibat besarnya penyaluran ke sektor komoditas, kondisinya tampak mulai membaik. Hal ini terjadi seiring dengan pulihnya beberapa kinerja perusahaan berbasis komoditas terutama migas, batu-bara, dan minyak kelapa sawit akibat kenaikan harga komoditas.
"Bank masih berharap kucuran realisasi tax amnesty. Sejauh ini realisasi dana repatriasi masih di bawah 40% dari target atau Rp67 triliun. Sementara komitmen repatriasi mencapai Rp141 triliun. Lambatnya realisasi dana repatriasi membuat bank sulit melakukan ekspansi kredit. Sedangkan terkait dengan rencana pemotongan bunga KUR sebesar 7% di tahun ini dari sebelumnya 9% akan memberikan dorongan bagi bank penyalur KUR. BMRI dan BBNI patut dilirik oleh investor," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Cahyo Prayogo