Menteri Enegeri dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) lebih proaktif merealisasikan investasi sektor energi dan sumber daya mineral. Ia mencatat komitmen investasi di sektor sektor migas pada 2016 saja telah mencapai Rp276 triliun.
"Saya mohon sekali, kalau BKPM berkenan, agar lebih proaktif supaya perizinan setelah dari sini bisa lebih cepat," kata Jonan dalam peluncuran layanan perizinan tiga jam khusus sektor ESDM di Jakarta, Senin (30/1/2017).
Mantan Menteri Perhubungan itu menjelaskan komitmen investasi yang tinggi juga tercatat di sejumlah subsektor lain di sektor ESDM. Misalnya saja komitmen investasi sektor ketenagalistrikan panas bumi yang sekitar Rp135 triliun dan sektor minerba sekitar Rp91 triliun. "Totalnya sekitar Rp500 triliunan, sekarang (terealisasi) 20 persen. Kalau yang 80 persen lagi ini didukung pemangku kepentingan perizinan, seharusnya tiga tahun kita enggak undang siapa-siapa juga sudah luar biasa," ujarnya.
Namun, Jonan mengakui, ada yang tidak bisa serta merta dilakukan pemerintah dalam mendukung realisasi investasi sektor ESDM yakni mengatur fakta ekonomi yang terjadi lapangan dan mempengaruhi minat investor. Salah satunya yakni terkait harga minyak dunia. "Kalau harga minyak dunia turun sampai di bawah 50 dolar AS per barel, mungkin komitmen realisasinya turun. Kalau naik terus, mungkin minatnya masih ada," katanya.
Target investasi sektor ESDM pada 2017 diperkirakan sekitar 43 miliar dolar AS atau setara Rp568 triliun, katanya. Sementara itu, pada tahun anggaran 2016, realisasi investasi di sektor ESDM mencapai Rp347,8 triliun atau setara dengan 26,76 miliar dolar AS. Dengan diluncurkannya layanan investasi tiga jam khusus sektor ESDM, diharapkan dapat mendukung target realisasi investasi di sektor tersebut.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong, dalam kesempatan yang sama, memproyeksikan kontribusi sektor ESDM terhadap investasi nasional dalam beberapa tahun mendatang akan mencapai 20 persen hingga 50 persen.
Oleh karena itu, penyederhanaan dan peningkatan pelayanan perizinan sektor migas dengan layanan tiga jam (ESDM3J) penting dilakukan untuk mendukung target investasi nasional. Namun, layanan ESDM3J baru diperuntukkan bagi perizinan infrastruktur subsektor migas dan ketenagalistrikan saja. Menurut Tom, sapaan akrab Thomas, sektor minerba belum masuk layanan tersebut lantaran dampaknya yang langsung terhadap lingkungan hidup.
"Smelter memang potensi ke dampak lingkungan hidup dan dari sisi tenaga kerja itu lebih ruwet daripada pembangkit listrik yang masih terkendali potensi dampak ke lingkungannya," katanya. Oleh karena itu, dibutuhkan keterlibatan teknis dari kementerian teknis sehingga perizinannya tidak bisa sepenuhnya dialihkan ke BKPM.
"Karena kalau smelter ada kecelakaan, dampak lingkungan hidup dan komunitas seempat dahsyat sekali. Kalau pembangkit tidak terlalu besar," pungkasnya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait: