Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BI: Dunia Usaha di Sulsel Diprediksi Menggeliat di Awal 2017

        BI: Dunia Usaha di Sulsel Diprediksi Menggeliat di Awal 2017 Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
        Warta Ekonomi, Makassar -

        Bank Indonesia (BI) menggelar Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Sulsel untuk proyeksi awal 2017. BI memperkirakan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) meningkat menjadi 55,17 persen pada triwulan I 2017 atau lebih baik dibandingkan SBT triwulan IV 2016 sebesar 46,5 persen. "Peningkatan didorong lapangan usaha pertanian (30,56 persen) serta perdagangan, hotel dan restoran (9,77 persen)," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulsel, Wiwiek Sisto Widayat, di Makassar, Jumat (3/2/2017).

        Menurut Wiwiek, para pelaku usaha cukup optimistis usaha mereka akan menggeliat seiring laju perekonomian pada awal tahun ini. Kegiatan dunia usaha memang terus menunjukkan optimisme terhitung akhir 2016. Sebelumnya, SBT pada triwulan III 2016 hanya 29,09 persen sebelum terdongkrak pada triwulan IV menjadi 46,5 persen. Lapangan usaha pertanian menjadi pendorongnya mengingat masih ada kegiatan panen di Gowa, Soppeng dan Sidrap, khususnya komoditas beras.

        Lapangan usaha lain yang mengalami peningkatan, Wiwiek menyebut pengangkutan dan komunikasi dengan SBT sebesar 2,77 persen. Pemicunya yakni peningkatan aktivitas masyarakat saat liburan sekolah serta perayaan natal dan tahun baru. Berikutnya yakni industri pengolahan dengan SBT sebesar 1,45 persen. "Lapangan usaha ini terpacu oleh peningkatan industri semen dan tepung terigu," tutur dia.

        Tidak cuma pelaku usaha, Wiwiek mengatakan konsumen juga optimistis kondisi perekonomian di Sulsel akan terus tumbuh. Hal itu terlihat dari Survei Konsumen (SK) yang menunjukkan rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen di atas 100, meski diakuinya terjadi sedikit penurunan. Pada triwulan IV 2016 turun 7,74 persen menjadi 112,56 persen. Padahal, IKK pada triwulan III mencapai 122.

        Penurunan IKK disebabkan menurunnya persepsi konsumen terhadap terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini dan enam bulan mendatang. Wiwiek menyebut hal itu tercermin dari penurunan rata-rata Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Ekonomi (IEK), masing-masing 11,2 poin dan 7,6 poin menjadi 104,4 dan 120,7. Kendati begitu, ditegaskannya nilai itu masih dalam batas optimisme kondisi ekonomi.

        Lebih jauh, Wiwiek menjelaskan metodologi SKDU dilakukan secara purpossive sampling. Tercatat 125 perusahaan menjadi responden. Penghitungan dilakukan dengana metode saldo bersih yakni menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang menjawab 'meningkat' dan 'menurun'. Adapun jawaban 'sama' diabaikan. Adapun SK dilakukan dengan metode stratified random sampling dan rotated melibatkan 4.600 rumah tangga di 18 kota.

        Menurut Wiwiek, khusus di Makassar, pihaknya mengambil sampling 200 rumah tangga. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara telepon maupun wawancara langsung. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance +100). Indeks dengan poin di atas 100 dikategorikan optimistis, sebaliknya poin di bawah 100 berarti pesimistis.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Yari Kurniawan
        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: