Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rasio Profitabilitas Bank Tertekan Selama 2016 Akibat NPL

        Rasio Profitabilitas Bank Tertekan Selama 2016 Akibat NPL Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan rasio profitabilitas dari aset (Return on Assets/RoA) di industri perbankan menurun tipis selama 2016. Hal ini karena bank-bank perlu menambah pasokan biaya pencadangan akibat meningkatnya rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL).

        Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di Jakarta, Jumat, mengatakan indikator RoA pada 2016 menurun tipis menjadi 2,23 persen dibandingkan 2015 yang sebesar 2,32 persen, karena kebutuhan mitigasi risiko terhadap aset perbankan mengingat NPL yang terus menanjak, bahkan pernah mencapai 3,1 persen secara "gross". Namun di akhir Desember 2016, NPL perbankan telah membaik menjadi 2,93 persen (gross).

        "Ini memang sedikit menekan ROA dari perbankan kita yang turun menjadi 2,23 persen dari 2,32 persen. Tapi penurunan ini tidak drastis, dan masih stabil. RoA Indonesia masih relatif lebih tinggi dibanding negara-negara tetangga kita," ujar dia di Jakarta, Jumat (3/2/2017).

        Menurutnya, penurunan RoA ini juga tidak terlalu berdampak signifikan bagi rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan.

        "Saya juga tambahkan penurunan ini tak terlalu berdampak signifikan terhadap kecukupan modal. Kecukupan modal sedikit mengalami penurunan dibandingkan November 2016, namun dibandingkan akhir 2015 yang 21,39 persen dan naik ke 22,91 persen," jelasnya.

        Dengan kondisi itu, Muliaman yakin kemampuan perbankan dalam meng-absorbs risiko masih memadai, sehingga ruang kredit masih terbuka lebar.

        OJK mencatat kredit perbankan sepanjang 2016 tumbuh 7,87 persen, ditandai dengan nyaris stagnannya kredit valuta asing yang hanya mencatatkan pertumbuhan 0,92 persen. Pertumbuhan kredit 2016 lebih lamban dibanding 2015 yang di kisaran 10 persen.

        "Kredit berdenominasi rupiah tumbuh 9,15 persen, sementara valas 0,92 persen. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) berdenominasi rupiah 9,6 persen dan DPK valuta asing melambat atau tumbuh minus 0,33 persen," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: