Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mulai diberlakukan saat ini membuat kondisi perekonomian dunia bergejolak.
Chatib Basri yang pernah menjadi menteri keuangan mengungkapkan bahwa dengan sikap Trump yang merealisasikan janji kampanyenya yang salah satunya penurunan pajak demi menarik dana AS akan berdampak terhadap suku bunga AS. Ia memprediksikan suku bunga The Fed tahun ini akan naik 75 basis poin, namun kenaikan itu akan terjadi dalam beberapa tahap.
"Jika Trump memotong pajak implikasinya defisit naik. Bond yield-nya juga akan naik maka mau tidak mau interest-nya juga dinaikkan. Sebelum Trump naik bond yield-nya 10,6 persen, tapi sekarang naik 80 basis poin maka The Fed akan naikkan tiga kali 25 basis poin," jelasnya di Jakarta, Selasa (7/2/2017).
Dengan naiknya suku bunga AS, maka lanjut Chatib, akan ada dana asing yang keluar dari Indonesia (capital outflow). Ia menilai bahwa dengan begitu Bank Indonesia (BI) akan ikut menyesuaikan suku bunga acuannya dalam hal ini 7 days Repo Rate yang saat ini berada di level 4,75 persen.
"Dalam kondisi seperti ini BI tidak punya ruang lagi menurunkan suku bunganya. Kalau The Fed naikkan tiga kali maka BI harus naikkan 25 basis poin," jelasnya.
Dirinya percaya Indonesia masih menjadi tempat yang menarik bagi investor asing sebab negara-negara lain di regional justru menerapkan suku bunga acuan negatif.
"Jepang itu negatif interest rate, investor tidak mungkin menempatkan di sana. Mereka akan cari negara seperti Indonesia yang growth-nya baik dan interest-nya juga baik. Jadi, investor tidak punya pilihan, dia boleh komplen tentang Indonesia," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: