Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Kepala Kantor Regional VI Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua), Bambang Kiswono, mengaku optimistis kinerja industri keuangan syariah di Sulsel akan lebih baik pada 2017. Terlebih, potensi pengembangan perbankan syariah cukup besar selama diarahkan ke sektor produktif ataupun investasi. Selama ini, perbankan syariah lebih banyak mengarahkan pembiayaannya ke sektor konsumsi.
"Sebagai provinsi dengan aset perbankan syariah tertinggi di Kawasan Timur Indonesia, kami optimistis 2017 menjadi tahun kebangkitan bagi industri jasa keuangan di Sulsel," kata Bambang, kemarin. Diketahui, laju pertumbuhan perbankan syariah tumbuh sebesar 5,33 persen di atas market share nasional sebesar 5,16 persen sepanjang 2016. Meski lambat, perbankan syariah tetap mampu bertahan dan terus tumbuh.
Bambang menerangkan optimisme bertumbuhnya kinerja industri jasa keuangan syariah di Sulsel juga dipengaruhi edukasi keuangan syariah yang semakin baik. Tercatat indeks inklusi keuangan syariah di Sulsel terus meningkat menjadi 14,55 persen. "Indeks inklusi keuangan syariah di Sulsel berada di atas angka nasional sebesar 11 persen," tutur dia, sembari menyebut beragam konsolidasi telah dilakukan untuk menahan perlambatan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan untuk mendorong pertumbuhan perbankan syariah, maka pembiayaannya harus didorong ke sektor produksi atau investasi. "Di akhir 2016, pembiayaan investasi malah mengalami kontraksi -4,9 persen yang dipengaruhi penurunan kredit investasi pada lapangan usaha real estate, persewaan, pertambangan dan penggalian."
Menurut Wiwiek, pertumbuhan perbankan syariah meski melambat, tapi terus tumbuh dan itu mesti didorong. Beragam upaya sudah dan tengah dirancang untuk menggairahkan industri keuangan syariah. Salah satunya yakni menggagas festival ekonomi syariah di Sulsel pada Mei mendatang. "Perbankan syariah mesti didorong agar bisa bersaing lebih kuat," tuturnya.
Wiwiek mengatakan perbankan syariah harus lebih diarahkan ke pembiayaan investasi dibandingkan pembiayaan konsumsi. Dengan begitu, perbankan syariah bisa bersaing dengan perbankan konvensional yang masih mendominasi. Dari catatan BI, pembiayaan perbankan syariah di Sulsel hingga akhir 2016 hanya tumbuh 2,94 persen (yoy) dengan nilai Rp5,85 triliun.
Sekretaris MUI Sulsel, Prof Muhammad Ghalib, mengapresiasi ajakan BI untuk mensukseskan festival ekonomi syariah. Tentunya, MUI akan mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut mengingat konsep ekonomi syariah sangatlah ideal untuk dikembangkan di negara ini. "Kami akan menjadi yang terdepan untuk mengusahakan ekonomi syariah berkembang."
Ghalib menegaskan ekonomi syariah tidak berarti ekslusivisme hanya untuk umat Islam. Konsep ekonomi syariah, seperti halnya ajaran Islam yakni rahmat bagi seluruh alam semesta. "Jadi, keliru bila ada yang beranggapan ekonomi syariah itu ekslusif," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Sucipto
Tag Terkait: