Berdampak ke Sistem Keuangan Global, BI Mewanti-wanti Kebijakan AS
Bank Indonesia (BI) menilai kondisi perekonomian dunia membaik, terutama didukung oleh Amerika Serikat dan Tiongkok, diikuti dengan harga komoditas global yang terus meningkat. Perbaikan ekonomi AS diperkirakan terus berlanjut didukung oleh konsumsi dan investasi yang meningkat.
Perekonomian Tiongkok diperkirakan tetap tumbuh cukup kuat sejalan dengan proses rebalancing ekonomi yang berlangsung secara gradual. Sementara itu, harga komoditas dunia, termasuk harga minyak dan komoditas ekspor Indonesia menunjukkan peningkatan.
Kendati begitu, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan pihaknya tetap perlu mewaspadai sejumlah risiko global, misalnya rencana ekspansi kebijakan fiskal pemerintah AS di tengah sinyal pengetatan kebijakan moneter dapat mendorong penguatan mata uang AS dan penyesuaian suku bunga yang lebih cepat.
"Rencana relaksasi regulasi sektor keuangan di AS, meskipun dapat mendorong aktivitas keuangan di negara itu dapat meningkatkan risiko stabilitas sistem keuangan global. Demikian pula, kecenderungan kebijakan proteksionis perdagangan AS, disetujuinya 'Hard Brexit' oleh Parlemen Inggris serta risiko geopolitik di Eropa dapat menurunkan volume perdagangan dunia dan menambah ketidakpastian global," ujar Agus di Jakarta, Kamis (16/2/2017).
Dengan kondisi itu, Agus melihat ada potensi bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunganya pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di bulan Maret 2017 sehingga kenaikan Fed Fund Rate bisa terjadi tiga kali selama satu tahun.
"Tentu hal ini menjadi perhatian kita. Kita akan menyimak apa akan ada peningkatan Fed lebih awal. Sementara ini kita masih merasa akan naik dua kali dan kalau Fed meningkat tentu itu faktor yang kita perhatikan," ungkapnya.
Selain itu, yang perlu diperhatikan juga tentang kebijakan fiskalnya akankah jauh lebih agresif sehingga butuh pembiayaan yang besar, juga kebijakan moneternya.
"Karena kita mengikuti juga akan ada rencana relaksasi regulasi terkait sistem keuangan dan bagaimana kebijakan perdagangannya. Hal seperti ini akan berdampak pada stabilitas keuangan dunia dan berdampak kepada Indonesia," tukasnya.
Namun, dia memastikan sejauh ini berdasarkan kajian yang BI lakukan selama dua hari saat Rapat Dewan Gubernur, ekonomi Indonesia dalam keadaan terjaga. Stabilitas terjaga dan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang membaik.
"Terkait pertumbuhan ekonomi, kami sampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi tumbuh membaik. Tetapi, kalau kita bicara range-nya 5-5,4%, itu masih ada di kisaran sedikit di bawah tengah 5,4%. Artinya, belum di atas. Sedikit di bawah tengah range itu," tutup Agus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: