Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Dwia Aries Tina Palubuhu mengungkapkan pembangunan Gedung Centre of Microfinance BRI-Unhas merupakan upaya menyokong program pemerintah yang berbasis ekonomi kerakyatan. Fasilitas tersebut akan ditindaklanjuti Unhas dengan pembukaan program studi sarjana dan magister keuangan mikro pada 2017-2018 mendatang.
"Kami menindaklanjuti arahan dari Presiden dan Wapres yang meminta perguruan tinggi melakukan kerja nyata. Kampus memang diminta berkontribusi secara strategis untuk mendukung kemandirian ekonomi yg berbasis ekonomi kerakyatan. Unhas juga mendukung kebijakan pemerintah terkait kredit super mikro," kata Dwia, di sela acara peletakan batu pertama Gedung Centre of Microfinance BRI-Unhas, di Makassar, Sulsel, Senin (27/2/2017).
Pembangunan Gedung Centre of Microfinance disponsori langsung oleh BRI. Gedung tersebut dibangun di atas lahan seluas 1.400 meter persegi dan ditargetkan rampung pada enam bulan mendatang. Gedung Centre of Microfinance diproyeksikan menjadi pusat integrasi kegiatan pendampingan UMKM serta pendidikan dan penelitian sivitas akademik. Gedung Centre of Microfinance itu yang pertama di Indonesia.
Dwia menerangkan program studi keuangan mikro dibuka secara bertahap. Untuk program magister alias strata dua diagendakan dibuka pada tahun ini. Adapun program sarjana atau strata satu baru bisa dimulai pada tahun depan. Tenaga pengajar untuk program studi keuangan mikro, Dwia menyebut tidak sebatas dari Unhas. "Kami melibatkan bankir dan mitra BRI. Selain itu, juga akan digandeng Harvard University," terangnya.
Menurut Dwia, program microfinance Unhas diharapkan bisa menumbuhkan semangat kewirausahaan mahasiswa. Kampus Merah-sebutan Unhas, siap mengawal klinik-klinik maupun UMKM untuk tumbuh berkembang. Muara dari seluruh program microfinance itu, lanjutnya, Unhas mengimpikan ada pengajar atau alumnusnya yang meraih nobel di bidang tersebut.
Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla menyatakan keberadaan Gedung Centre of Microfinance harus bisa dimanfaatkan oleh sivitas akademik dan pelaku usaha untuk pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan. JK juga mendorong agar praktik microfinance yang telah diterapkan di Indonesia dituangkan dalam literatur dan bisa diajarkan ke mahasiswa.
Lebih jauh, JK mendorong mahasiswa untuk menumbuh-kembangkan semangat kewirausahaan. Dimintanya mahasiswa untuk mulai merintis usaha saat masih duduk di bangku kuliah. Menurutnya, mahasiswa tidak boleh hanya mengimpikan menjadi PNS mengingat pemerintah telah melakukan moratorium penerimaan selama lima tahun. "Semua orang-orang kaya di dunia memulai usahanya saat masih kuliah."
JK mencontohkan Bill Gates (pendiri Microsoft) dan Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) yang juga merupakan mahasiswa Drop Out (DO) yang menjadi orang sukses. Mereka merintis usahanya saat masih duduk di bangku kuliah dan konsisten menjalani bisnisnya. "Bukan saya minta mahasiswa untuk Drop Out (DO). Tapi, mahasiswa yang di-DO jangan dilecehkan karena bisa memiliki bakat yang luar biasa," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Sucipto