Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Curah Hujan Tinggi, Jabar Rawan Pergerakan Tanah

        Curah Hujan Tinggi, Jabar Rawan Pergerakan Tanah Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Curah hujan yang tinggi menyebabkan wilayah jabar rawan akan ancaman pergerakan tanah. Selama dua bulan terakhir sudah 20 kali terjadi gerakan tanah karena curah hujan yang tinggi

        Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) mengaku pihaknya sudah mendapatkan laporan dari Kepala Pusat Vulkanologi Kasbani, bahwa Jabar merupakan daerah yang paling sering terlanda gerakan tanah, yakni dengan angka 108 kejadian dari total 220 kejadian gerakan tanah di Indonesia pada tahun 2016.

        "Sepanjang dua bulan terakhir di tahun 2017 ini, Jawa Barat telah mengalami sekitar 20 kali kejadian gerakan tanah. Karena itu, semua pihak waspada," katanya kepada wartawan di Bandung, Kamis (2/3/2017)

        Bahkan, lanjutnya, Jawa Barat sempat mengalami kejadian gerakan tanah tertinggi di tahun 2010, yakni sebanyak 113 kali disusul oleh Jawa Timur dengan 22 kejadian dan Jawa Tengah dengan 16 kejadian.

        Badan Geologi pun sudah mengeluarkan early warning system untuk setiap kabupaten di Jawa Barat yang potensial mengalami gerakan tanah. Salah satu pemicu gerakan tanah adalah tingginya curah hujan dengan durasi lama. Maka dari itu, diterbitkanlah peta prakiraan potensi gerakan tanah longsor dalam 1 bulan kedepan yang disebarkan ke setiap pemerintah daerah.

        "Beberapa daerah di Jabar mengalami perulangan kejadian gerakan tanah, maka diperlukan peraturan daerah terkait penataan ruang, peningkatan pemahaman bahaya gerakan tanah, rekayasa teknis dalam penanganan kejadian gerakan tanah, dan penataan ruang berbasis peta zona kerentanan gerakan tanah,? katanya.

        Aher meminta pemda dan masyarakat Jabar mengikuti rekomendasi mitigasi dari Badan Geologi dalam menindaklanjuti potensi gempabumi. Antara lain membangun bangunan strategis yang tahan terhadap gempa untuk berkonsentrasinya banyak manusia.

        "Selain itutidak membangun permukiman di atas dan di bawah tebing, dan tidak mendirikan bangunan di atas tanah tumbuan yang tidak memenuhi tingkat kepadatan yang sesuai,"pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: