Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BI Waspadai Mulai Meningkatnya Tekanan Inflasi

        BI Waspadai Mulai Meningkatnya Tekanan Inflasi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Bandar Lampung -

        Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung menyatakan perlu mewaspadai mulai meningkatnya tekanan inflasi sejak awal tahun dan saat ini masih berlanjut.

        "Secara umum, tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang tinggi sejak awal tahun masih terus berlanjut di bulan Februari 2017," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung, Arief Hartawan, di Bandarlampung, Sabtu (4/3/2017).

        Ia menyebutkan, realisasi inflasi Februari sebesar 0,54 persen (month to month), jauh di atas pola historisnya selama 5 tahun terakhir yang cenderung rendah bahkan deflasi minus 0,02 persen (mtm), serta di atas perkiraan Bank Indonesia.

        Menurutnya, ditengah mulai terkendalinya harga pangan, sumbangan inflasi terbesar dipicu oleh kelompok harga yang ditetapkan pemerintah (administered prices). Penyesuaian tarif listrik rumah tangga mampu dengan daya 900 VA (R-1/900 VA-RTM) menjadi penyumbang utama inflasi pada dua bulan pertama tahun ini.

        Arief menjelaskan, dampak penyesuaian tarif listrik tersebut juga memicu dampak lanjutan (second round effect) ke inflasi inti (core) seperti kenaikan tarif sewa rumah yang pada umumnya beban biaya listriknya menjadi tanggungan pemilik rumah.

        "Tekanan inflasi yang lebih tinggi dapat dihindari karena pada saat bersamaan inflasi kelompok bahan makanan tercatat cukup rendah ditengah gejolak harga cabai dan bawang merah yang sempat terjadi di awal bulan Februari 2017," ujarnya.

        Hal itu, lanjutnya, yang patut diwaspadai adalah akselerasi inflasi dalam 2 bulan ini menyebabkan inflasi IHK Provinsi Lampung secara tahunan sebesar 4,23 persen (yoy) telah melebihi inflasi IHK nasional yang tercatat sebesar 3,38 persen (yoy).

        Meskipun demikian, ia menjelaskan, dibandingkan provinsi lainnya di Sumatera yang inflasinya mencapai 4,53 persen (yoy), inflasi Lampung masih relatif terkendali.

        Secara bulanan, inflasi Februari 2017 didorong oleh tekanan inflasi administered prices (1,18 persen/mtm), yang terutama dipengaruhi oleh laju inflasi dari penyesuaian tarif listrik rumah tangga mampu dengan daya 900 VA (R-1/900 VA-RTM) yang berdampak pada pembayaran listrik bulan Februari 2017 sehingga menyumbang inflasi cukup signifikan sebesar 0,19 persen.

        Dampak yang cukup signifikan dari penyesuaian tarif listrik juga terjadi secara nasional dengan andil 0,11 persen, demikian pula yang terjadi di Kota-Kota besar di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

        Tingginya andil kenaikan tarif listrik di Lampung tersebut antara lain disebabkan persentase pelanggan listrik dengan daya 900 VA non-subsidi dibandingkan total pelanggan listrik di Lampung terhitung cukup besar, yaitu mencapai 27,73 persen pada posisi Februari 2017, dengan komposisi pelanggan pra bayar dibandingkan pasca bayar 7:10, sehingga dampak kenaikan tarif listrik tersebut lebih tinggi di bulan Februari atas pembayaran dari pelanggan pasca bayar.

        "Meskipun demikian, tekanan laju inflasi 'administered prices' dapat ditahan oleh penurunan tarif angkutan udara yang mulai memasuki low seasons pasca berakhirnya liburan akhir tahun," jelasnya.

        Dampak kenaikan tarif listrik menimbulkan second round effect pada inflasi inti (core), yaitu terutama pada tarif sewa rumah yang juga terjadi secara nasional dan kenaikan sejumlah komoditas makanan jadi, serta tekanan inflasi inti yang bersumber dari kenaikan tarif pulsa telepon seluler.

        Selain dipengaruhi kenaikan tarif listrik, berdasarkan hasil survei pemantauan harga (SPH) Bank Indonesia, peningkatan tarif sewa rumah yang memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,07 persen juga dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bangunan. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: